Performa Teemu Pukki Bukan Kejutan

Foto: Sports Mole

Lagi-lagi Pukki. Lagi-lagi Pukki!

Teemu Pukki kembali mencetak gol untuk Norwich City. Kali ini Kepa Arrizabalaga jadi korbannya. Gol Pukki ke gawang Chelsea pada pekan ketiga Premier League 2019/2020 memang tak mampu membantu the Cannaries menahan Mason Mount dan kawan-kawan. Tapi, gol itu juga menjadi bukti bahwa apa yang sudah diperlihatkannya melawan Liverpool dan Newcastle United bukanlah sebuah kebetulan.

Pukki berhasil mencetak lima gol di tiga pertandingan Premier League pertamanya. Selalu berhasil membobol gawang lawan di empat pertandingan terakhir Norwich. Termasuk satu gol ke gawang Aston Villa di pekan terakhir Championship 2018/2019. Hanya dalam waktu singkat, Pukki langsung jadi pahlawan baru di Norwich. Padahal ia datang ke Carrow Road tanpa sepeserpun biaya transfer.

Pukki yang melanjutkan momentumnya sebagai topskorer Championship 2018/2019 jadi fenomena tersendiri di Premier League. Bahkan menurut the Athletics, keberhasilan Pukki ikut mengangkat tempat kelahirannya, Kotka, Finlandia. Namun, jika dipikir lagi, performa Pukki sebenarnya bukanlah sesuatu yang mengejutkan.

Finlandia memang bukanlah negara yang sering diandalkan Premier League untuk urusan impor pemain. Bedasarkan Transfermarkt, ada 28 negara lain yang lebih sering mengirim pemain ke divisi tertinggi Inggris ketimbang Finlandia (19). Bahkan dibadingkan dengan Negara Nordic lain, hanya Islandia (18) dan Kepulauan Faroe (1) yang lebih jarang dilirik  kesebelasan Premier League. Setidaknya hingga 25 Agustus 2019.

Foto: Chronicle Live

Namun, sangat jarang untuk talenta Finlandia gagal bersinar di Premier League. Antti Niemi, Mikael Forssell, Teemu Tainio, Jussi Jääskeläinen, semuanya adalah nama-nama yang dihormati di sepakbola Inggris.

Bahkan Shefki Kuqi sekalipun mendapatkan banyak tawaran dari peserta divisi tertinggi sepakbola Inggris sekalipun performanya tak terlalu mengesankan. Dirinyaa tetap bisa mencatat 50 penampilan dengan enam kesebelasan berbeda. Mulai Blackburn Rovers (2005/2006) hingga terakhir tampil bersama Newcastle United di 2010/2011.

“Kuqi merupakan pemain yang dapat memberi dampak besar kepada tim. Ia adalah pekerja keras dan profesional sejati,” ungkap Mark Hughes yang merekrut Kuqi untuk Blackburn di musim panas 2005. Kehadiran Kuqi di Ewood Park bahkan membuat Matt Jansen tersingkir dari Blackburn.

“Saya mencintai klub ini [Blackburn]. Tapi situasinya sangat sulit. Meninggalkan Blackburn mungkin keputusan terberat yang pernah saya ambil. Tapi juga menjadi pilihan yang paling masuk akal,” aku Jansen.

Dimulai dari Mikael Forssell

Foto: Birmingham Mail

Ketika pemain Finlandia pertama mendarat di kompetisi paling prestisius Inggris, rekornya tidak terlalu baik. Mixu Paatelainen yang diboyong Bolton Wanderers dari Aberdeen hanya main 15 kali untuk the Trotters. Mencetak satu gol dari 1.000 menit lebih tentu bukanlah raihan positif bagi seorang penyerang. Akan tetapi, reputasi Finlandia kemudian diperbaiki oleh Mikael Forssell.

Forssell diboyong Gianluca Vialli saat masih remaja. Meski sempat bersinar di laga Piala FA kontra Oxford United, Forssell harus bersaing dengan Tore André Flo dan Gianfranco Zola di Stamford Bridge. Ia pun dipinjamkan ke Crystal Palace yang bermain di divisi dua Inggris.

Pulang dari Selhurst Park, Forssell mengaku siap membantu Chelsea di Premier League. “Tentu saya masih muda. Saya paham bahwa harus menunggu kesempatan. Tetapi saya siap jika dibutuhkan,” kata Forssell. Chelsea kali ini diasuh oleh Claudio Ranieri dan the Tinkerman punya terlalu banyak opsi dengan Eidur Gudjohnsen, Jimmy Floyd Hasselbaink, dan Carlton Cole mengisi lini depan the Blues.

Forssell sempat diasingkan ke Jerman. Dirinya tampil mengesankan bersama Borussia Monchengladbach. Terlibat dalam 10 gol dari 16 laga di 1.Bundesliga. Birmingham City akhirnya memberikan Forssell kesempatan untuk memenuhi ambisi bermain di Premier League. Didatangkan Steve Bruce sebagai pemain pinjaman, Forssell menjadi momok berbahaya di depan gawang lawan. Selalu Mengancam pertahanan bersama Christophe Dugarry, Stern John, dan Geoff Horsfield.

***

Forssell berhasil mencetak 17 gol di Premier League 2003/2004. Dirinya tercatat sebagai topskorer Birmingham City. Lebih produktif dari Michael Owen (16) di Liverpool ataupun penyerang pilihan Ranieri, Hasselbaink (13). Performa itu membuat Chelsea memulangkan Forssell dari St.Andrews. Tapi setelah nasibnya bersama the Blues tak berubah, ia kembali ke Birmingham City. Kali ini secara permanen.

Kampanye keduanya bersama Birmingham tidak begitu sukses. Tidak seperti saat ia masih berstatus pemain pinjaman. Hal ini sering kali membuat Forssell sering disebut ‘one-season wonder’. Padahal, hal itu lebih dikarenakan daya magis Steve Bruce yang sudah habis.

Saat Forssell hanya mencetak sembilan gol di musim terakhirnya berseragam Birmingham City (2007/2008), ia tetap tercatat sebagai topskorer klub. Birmingham Mail pun mencatat nama Forssell sebagai salah satu penyerang paling ganas yang pernah mengijakkan kaki di St.Andrews.

Melanjutkan Sami Hyypia dan Jääskeläinen

Forssell bisa dibilang sebagai pembuka pintu talenta Finlandia ke Premier League. Setelah kegagalan Mixu, Forssell membuktikan bahwa Finlandia juga punya kemampuan di dunia sepakbola.

Setelah itu, Sami Hyypia didaratkan oleh Liverpool dan menjadi bagian penting di Anfield. Talenta-talenta Finlandia pun semakin menjamur di Premier League. Antti Niemi, Jari Litmanen, Jussi Jääskeläinen, semuanya didatangkan setelah Forssell dan Hyypia.

Talenta Finlandia sempat absen cukup lama di Premier League dengan Jääskeläinen terakhir terlihat membela West Ham United pada 2015. Setelah empat tahun, Pukki kembali melanjutkan momentum para pendahulunya bersama Norwich.

Lebih dari itu, Pukki juga masuk ke dalam daftar langka sebagai topskorer Championship yang dapat melanjutkan penampilan apik mereka di Premier League. Sejak 2009, hanya Andre Gray, Glenn Murray, Danny Graham, dan Rickie Lambert yang bisa melakukan hal serupa. Melihat catatan kompatriotnya, ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan.