Permainan Graham Taylor adalah long ball yang kerap enggan diakuinya. Menurut Graham, ia memainkan long pass bukan long ball. Permainanya dianggap pragmatis, Graham menyebut, bahwa Viktor Maslov adalah guru darinya dan menurutnya, bermain pragmatis adalah kunci memenangkan pertandingan.
Pada 1982, pertemuan besar terjadi ketika Charles Hughes, Graham Taylor, bertemu bapak statistik sepakbola Inggris, Charles Reep. Reep di tahun itu mengungkapkan sebuah formulasi yang mungkin akan ditentang oleh penggemar sepakbola.
“Gol di semua pertandingan sepakbola terjadi melalui tiga kali umpan, tidak lebih. Sehingga akan lebih mudah apabila meminimalisir penguasaan bola dan melakukan umpan lambung.”
Menurut Reep, semakin sedikit melakukan penguasaan bola dan umpan, semakin besar peluang mencetak gol dan mencegah bola direbut oleh lawan. Reep berdalih, ia sudah menyaksikan semua pertandingan dari era 1950-an hingga awal 1980-an. Reep juga menegaskan tiap satu gol tersaji tiap sembilan tembakan.
Charles Reep adalah penasihat beberapa klub sepakbola Inggris, termasuk Wimbeldon, Watford dan klub-klub kecil di Inggris seperti Lincoln FC. Teori yang dikemukanan Reep adalah hasil analisisnya dalam laga Lincoln City dari era 1950-an.
Bahkan pada musim 1981/1982, Graham Taylor menunjuk Simon Hartley sebagai penasihat taktik, Simon adalah anak didik dari Charles Reep, jadilah Graham Taylor dengan sepakbola pragmatis dnegan bola lambung, yang kemudian akan dikenal dengan kick and rush.
Sebuah pertemuan yang kemudian meracuni sepakbola Inggris dalam dua dekade ke depan.
Dianggap filosofi permainan, hancur di Piala Dunia 1994
Hughes kemudian mengambil dan menyerap ide dari Hughes mengenai skema long ball dan permainan minim penguasaan bola ala Reep. Hughes kemudian meneribtkan buku berjudul “The Winning Formula” pada 1987. Charles Hughes menyebut bahwa buku tersebut adalah hasil penelitiannya pada 1964 hingga 1986, padahal dalam buku tersebut banyak pernyataan yang dikemukakan Reep ataupun Graham Taylor mengenai permainan long ball dan pragmatisme.
Dalam buku The Winning Fomula, terdapat statistic mencengangkan, dalam 202 gol dari 109 laga yang konon diamati Hughes, 53 gol berasal dari pergerakan individu tanpa umpan atau bola deflektif.
87 persen gol bermula dari gol yang berasal kurang dari 5 kali umpan, sebagai perbandingan, Charles Reep menyebut 91 persen gol tercipta dari 3 umpan. Hughes juga meyebut bahwa semua pemain berhak melakukan sepakan untuk memperbesar peluang untuk mencetak gol. Dari jarak berpapun jauhnya. Ironisnya buku The Winning Formula menjadi patokan bagi sebagian besar pelatih asal Inggris.
Dampak terbesar bagi sepakbola Inggris adalah ketika Kick and rush menjadi identitas, ditambah penunjukkan Graham Taylor sebagai Manajer Timnas Inggris pada 1990. Media mengkritik, meskipun membawa Aston Villa menjadi runner-up FA Cup dan dan dua kali runner-up liga Inggris. Graham Taylor belum pernah membawa timnya juara.
Graham Taylor membawa Inggris menjanjikan. 23 kemenangan diraihnya dengan satu kekalahan dalam 24 pertandingan awal. Tetap dengan long ball dan pragmatis. Namun semua berubah ketika Kualifikasi Piala Eropa 1992.
Bersaing dengan Turki, Irlandia dan Polandia, Inggris kesulita untuk lolos, sebelum gol dari Gary Lineker membawa Inggris lolos kala menghadapi Polandia di detik terakhir. Inggris kemudian tergabung dengan Swedia, Denmark dan Prancis di Grup A, hasilnya? Gagal total, dua kali imbang dan satu kali kalah dan hanya mencetak 1 gol membuat Inggris pulang lebih cepat.
Namun Graham Taylor masih dipercaya FA. Penyebabnya? Pengaruh dari Charles Reep dan Charles Hughes masih sangat kuat di tubuh organisasi FA. Menurut mereka pragmatisme adalah identitas dari sepakbola Inggris.
Kualifikasi Piala Dunia 1994, saat itu Inggris tergabung dengan Belanda, Norwegia, San Marino, dan Polandia. Di tengah kualifikasi, Inggris bermain di US Cup, sebuah turnamen persahabatan antara Inggris, Amerika Serikat, Brasil, dan Jerman.
Inggris dipermalukan Amerika Serikat 2-0, imbang melawan Brasil dan kalah dari Jerman 2-1. Di kualifikasi Piala Dunia? Lebih memalukan lagi, Inggris gagal lolos usai kalah atas Norwegia, Belanda dan imbang di Polandia. Memalukannya lagi menghadapi San Marino, Inggris memang menang 7-1, namun satu gol tersebut merupakan gol perdana San Marino sekaligus menggugurkan peluang Inggris lolos ke Piala Dunia 1994.
Graham Taylor kemudian dipecat, pemahaman Charles Reep dan Charles Hughes luntur seiring kegagalan Inggris ke Piala Dunia 1994.
Meskipun terdengar ironis, namun kegagalan Inggris ke Piala Dunia 1994, dianggap merupakan kemeangan bagi Charles Reep, karena selama ini, Hughes dan Taylor dianggap mengkhianati hasil kerja keras Charles Reep dengan tidak pernah menyebut nama Reep dalam jurnalisme ilmiah apapun.
Menurut Hughes dan Taylor, keduanya adalah penemu taktik sepakbola pragmatis ala Inggris, bukan Reep, Reep dianggap hanya memahami secara statistic (meskipun terbukti keliru) dalam sepakbola Inggris, bukan pencetus skema sepakbola yang dianut Inggris dan membuat Inggris terpuruk dalam waktu yang cukup lama.
Ingin mengetahui bagaimana cara bermain Inggris di tangan Graham Taylor? Anda bisa melihat semua pertandingan Stoke City di bawah asuhan Tony Pulis, ya Pulis selama ini memang menganggap Graham Taylor adalah guru dan Charles Reep adalah ahli statistic sepakbola terpercaya Inggris.
Baca bagian pertamanya: Guru Sepakbola Pragmatis Inggris (1): Berawal dari Liverpool