Gareth Bale, Ivan Santini, dan Pengaruh Mereka di Tiongkok

Foto: Squawka

Gareth Bale resmi gagal bergabung dengan kesebelasan asal Tiongkok, Jiangsu Suning. Jendela transfer Chinese Super League (CSL) resmi ditutup pada 31 Juli 2019. Memaksa penyerang asal Wales tersebut harus bertahan di Real Madrid.

Bale masih bisa saja hengkang dari Santiago Bernabeu jika Tottenham Hotspur atau Inter Milan yang dikaitkan dengan dirinya berani untuk menampungnya. Tapi yang pasti Bale tak akan mendapat gaji satu juta Pauns sepekan seperti yang dijanjikan Suning.

Kepergian Bale ke Negeri Tirai Bambu seperti sudah pasti akan terjadi. Kepala Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane bahkan secara terbuka mengakui bahwa Bale tidak ada di dalam rencananya untuk musim 2019/2020.

“Saya tidak memiliki masalah dengan dirinya. Tapi ada beberapa hal yang harus dilakukan. Sekalipun keadaannya bisa berubah dalam satu ataupun dua hari ke depan, demi kebaikan bersama, Bale harus pergi,” kata Zidane.

Semua seperti sudah sejalan. Perlakuan Zidane kepada Bale sempat menuai kritik. Namun ketika Suning disebut siap mendaratkan Bale, berbagai pihak setuju pindah ke Tiongkok adalah pilihan terbaik untuk Bale.

“Saya mengenal Bale. Dia adalah pemain dan pribadi yang baik. CSL akan cocok baginya. Liga ini senang dengan pemain-pemain yang bisa membuat sesuatu dari nol. Bale memiliki kemampuan untuk melewati tiga pemain dan melepaskan tembakan ke arah gawang, ini akan sangat mudah baginya,” ungkap rekan satu tim Bale di Tottenham, Mousa Dembele, yang meninggalkan the Lilywhites untuk Guangzhou R&F.

Jamie Jackson dari Guardian bahkan percaya kepergian Bale ke CSL akan punya pengaruh sangat besar untuk sepakbola Tiongkok. Jackson mengatakan Bale bisa memberi dampak yang sama dengan saat David Beckham meninggalkan Real Madrid untuk LA Galaxy dan main di MLS.

Melihat transaksi yang dilakukan peserta CSL dalam beberapa tahun terakhir, memang tidak pernah ada pemain sekelas Bale mendarat di Negeri Tirai Bambu. Sekalipun mereka sudah mendaratkan berbagai nama tenar dari Eropa, tak ada yang memiliki status mega bintang seperti Bale.

Sama seperti David Beckham di MLS. Meski Amerika Serikat sebelumnya sudah pernah melihat Freddie Ljungberg dan Claudio Lopez, mereka bukan Beckham. Setelah Beckham datang, pemandangan sepakbola di Negeri Paman Sam pun semakin membaik.

Akan tetapi, situasi benar-benar berubah seperti kata Zidane. Berbagai alasan muncul menjadi alasan Bale gagal ke Tiongkok dan Zizou harus menerima dampaknya. “Dia masih berstatus sebagai pemain kami [Real Madrid]. Tapi kita lihat saja nanti, untuk saat ini Bale masih berlatih bersama yang lainnya,” ungkap Zidane.

Ivan Santini Lebih Dibutuhkan Dibanding Bale

Foto: RTBF

Saat Zidane dan Real Madrid masih pusing dengan masa depan Bale, Jiangsu Suning sudah menatap masa depan. Mereka melupakan Bale dengan mendatangkan penyerang Kroasia, Ivan Santini sebagai darah segar di lini depan. “Santini akan memperkaya opsi tim di lini depan,” puji pihak klub setelah menebus jasa Santini dari Anderlecht senilai lima juta Euro.

Penyerang kelahiran 21 Mei 1989 itu memang tidak memiliki pamor sebesar Bale. Namun seperti yang dikatakan Suning, Santini bisa membuat tim asuhan Cosmin Olaroiu jadi lebih variatif. Apabila Bale lebih sering menyisir sisi lapangan, menggiring bola, dan menciptakan peluang, Santini merupakan penyerang nomor sembilan sejati.

“Dia mungkin sudah tidak muda lagi. Akan tetapi dirinya selalu memiliki insting pembunuh dan usia tak mengganggu hal tersebut,” puji Hein Vanhaezebrouck yang menangani Santini di Anderlecht.

“Santini merupakan penyerang yang harus dilayani. Kami kekurangan pelayan untuk Santini dan itu akhirnya membuat tim menjadi kesulitan,” ungkap Patrice Garande, menjelaskan mengapa SM Caen asuhannya sulit untuk meraih kemenangan di Ligue 1.

Apabila Eder Martins dan Alex Teixeira bisa memanjakan Santini, Suning akan memiliki lini serang yang berbahaya di musim 2019. Eder dan Teixeira punya gaya yang sama dengan Bale. Sementara Santini melengkapi keduanya, memberikan jaminan di kotak penalti.

Memilih Santini ketimbang Bale adalah pilihan bijak terlepas dari alasan mereka gagal mendaratkan jebolan akademi Southampton tersebut. Bijak dan hemat. Dibandingkan pemain-pemain Eropa yang mendarat di Tiongkok sebelumnya, lima juta Euro sangatlah rendah untuk peserta CSL.

Berpeluang Mengubah Sepakbola Tiongkok

Nama Santini sebenarnya masih diincar oleh beberapa kesebelasan Eropa. Ia sempat masuk ke dalam radar Cardiff City setelah tragedi menggagalkan mereka menikmati talenta Emiliano Sala. Galatasaray, dikaitkan dengan Santini di pertengahan musim 2018/2019. Sementara Genoa telah melihat talentanya sejak 2016, ketika ia masih membela Standard Liege.

Secara finansial dan komposisi tim, Suning jelas lebih untung dengan menjadikan Santini pengganti Bale. Sementara di sisi lain, ledakan yang diharapkan terjadi di CSL terpaksa tertunda. Tetapi, ini mungkin akan memberi pengaruh positif kepada sepakbola Tiongkok dengan efek yang berbeda.

Meski tidak meledak seperti MLS saat kedatangan Beckham, jika Santini sukses di Suning ia dapat jadi contoh untuk kesebelasan-kesebelasan Tiongkok lainnya. Bahwa kesuksesan tidak harus diraih dengan nama besar dan uang yang melimpah.

Memaksimalkan talenta yang ada dan mendatangkan nama-nama baru yang sesuai dengan kebutuhan tim juga bisa jadi opsi. Apalagi Asosiasi Sepakbola Tiongkok (CFA) juga sudah memperketat aturan pemain asing di CSL. Sampai-sampai mantan pemain Arsenal, Nico Yennaris harus dinaturalisasi dan menggunakan nama Li Ke.