Ditunjuk sebagai pengganti Gennaro Gattuso, Marco Giampaolo mulai membentuk AC Milan sesuai dengan keinginannya. Mantan nakhoda Sampdoria itu terlihat siap melakukan cuci gudang di San Siro. Ricardo Rodriguez, Diego Laxalt, Fabio Borini, Samu Castillejo, Suso, dan Patrick Cutrone siap dilego.
Bahkan Frack Kessie yang baru dipermanenkan Rossoneri setelah menjalani dua musim sebagai pemain pinjaman juga dirumorkan akan dilepas. Sebagai gantinya, Rade Krunic serta Theo Hernandez didatangkan ke Kota Mode Italia.
Krunic mungkin tidak memiliki nama besar seperti Hernandez yang didatangkan dari Atletico dan Real Madrid. Namun, dirinya merupakan mantan anak asuh Giampaolo di Empoli. Ia sudah paham ekspektasi Giampolo dan dapat menjadi opsi sebagai pelapis Giacomo Bonaventura atau Lucas Paquetá di lini tengah.
Baru menghabiskan 28 juta Euro di musim panas 2019, Giampaolo tentu belum berhenti mencari pemain. Pemain terbaik Africa Cup of Nations (AFCON) 2019, Ismael Bennacer, dan penyerang Argentina, Angel Correa disebut semakin dekat dengan Rossoneri.
Kualitas Bennacer sudah terbukti di Serie-A selama 2018/2019 dengan tampil 37 kali bersama Empoli. Merumput selama 2.961 dari 3.420 menit yang tersedia. Masalahnya adalah Correa.
Foto: Twitter / @acmilan | Redondo pemain Argentina terlama di AC Milan.
Meski Atletico Madrid sudah siap melepas Correa. Bahkan menawarkannya ke Tottenham sebagai alat tukar Kieran Trippier, AC Milan tetap harus membayar cukup mahal untuk jasa pemain kelahiran 9 Maret 1995 itu.
Bedasarkan laporan Gianluca Di Marzio, Rossoneri perlu mengeluarkan dana 55 juta Euro untuk jasa Correa. Menurut Transfermarkt, dana itu akan membuat Correa menjadi pemain termahal yang pernah didatangkan pihak klub. Melebihi Rui Costa yang memakan 42 juta Euro ketika diboyong dari Fiorentina pada 2001/2002.
Berbeda dengan Bennacer ataupun Krunic, Correa belum pernah merasakan atmosfer sepakbola Italia. Sekalipun AC Milan tergolong besahabat kepada talenta-talenta dari Argentina, mayoritas dari mereka bisanya memiliki umur pendek di San Siro.
Fernando Redondo dan José Chamot tercatat menjadi pemain Argentina yang paling lama mengenekan seragam merah-hitam (empat tahun). Sementara Lucas Ocampos dan Maxi Lopez bahkan hanya bertahan lima bulan di sana. Dengan catatan ini, apakah Correa layak memecahkan rekor transfer AC Milan?
Harus Keluar dari Zona Nyaman
Foto: beINSports | Giampaolo tidak butuh penyerang sayap.
Apalagi selama empat musim membela Atletico Madrid, Correa lebih sering main di sayap kanan. Posisi yang tidak diperlukan oleh Giampaolo yang lebih gemar dengan formasi 4-3-1-2. Ia bukan tidak pernah menggunakan penyerang sayap. Saat masih di Serie-C, melatih Cremonese, dia penah menerapkan 4-3-3.
Jika Giampaolo menerapkan 4-3-3, Correa tentu akan memiliki tempat. Pemain-pemain AC Milan juga tidak membutuhkan adaptasi yang lebih lama karena sistem serupa digunakan Gatusso. Namun nama Giampaolo naik bersama Sampdoria karena menggunakan 4-3-1-2. Melihat nama Suso, Castillejo, dan Borini di daftar jualan AC Milan juga bisa menjadi bukti bahwa Giampaolo akan menerapkan cara yang sama seperti di Sampdoria.
Untungnya, Correa juga terlatih mengisi pos di belakang penyerang ketika ia membela San Lorenzo di Argentina. Sialnya, posisi itu nampaknya akan menjadi milik Lucas Paquetá yang dijuluki sebagai ‘the Next Ricardo Kaka’. Jika Correa hanya akan jadi pelapis, jawabannya jelas: Ia tidak layak menjadi pembelian termahal klub.
Satu-satunya opsi yang paling masuk akal adalah menjadikan Correa sebagai penyerang tengah. Posisi itu tidaklah asing baginya. Namun, sangat jarang ia jalani. Diego Simeone selaku nakhoda Atleti hanya delapan kali memasang Correa sebagai ujung tombak timnya. Sementara ketika membela San Lorenzo, Correa hanya lima kali menjadi pemain terdepan di lini serang.
Bukan Sergio Aguero
Dikenal sebagai sosok yang gemar menggiring bola dan handal melepaskan operan-operan akurat, Correa memang lebih pas mengisi sisi lapangan. Akan tetapi, Correa akan menjadi tandem yang sempurna untuk Krzysztof Piatek.
Dengan kehadiran Correa, penyerang asal Polandia tersebut akan mendapatkan pelayan yang lebih dekat dengan dirinya. Tak selalu bergantung pada Paqueta ataupun umpan-umpan lambung dari bek sayap. Correa-Piatek dapat jadi jelmaan Duvan Zapata-Fabio Quagliarella, duet penyerang yang terbukti mematikan di bawah arahan Giampaolo.
Melihat hal ini, Correa sebenarnya layak membela AC Milan besutan Giampaolo. Namun mungkin, ada opsi yang lebih baik lagi untuk jadi pembelian termahal Rossoneri. Apalagi penyelesaian akhir bukanlah atribut terkuat Correa.
“Correa bukanlah Sergio Aguero. Keduanya memiliki gaya permainan yang berbeda. Kun [Aguero] merupakan penyerang murni. Pemain asli nomor sembilan. Sementara Correa, lebih senang melebar dan memecah pertahanan lawan,” kata Simeone.
“Correa sudah berkembang menjadi pemain yang lebih baik. Namun dirinya masih sekedar alternatif di Atletico Madrid. Menurut saya dia punya peran berbeda dengan Kun. Jika Anda butuh penyerang yang dapat bergerak bebas, Correa akan jadi opsi. Dia juga bisa mengisi pos di belakang penyerang. Tapi jika Anda butuh penyerang yang bisa memecah lawan dari tengah, Aguero akan lebih baik,” jelas El Cholo.