Sekarang Atau Tidak Sama Sekali, Jack Grealish!

Foto: Skysports.com

Aston Villa resmi menjadi kesebelasan terakhir yang mendapatkan tiket Premier League 2019/2020. Mengalahkan Derby County 2-1, the Villans kembali mewarnai divisi tertinggi sepakbola Inggris setelah tiga tahun menetap di EFL Championship.

Anak-anak asuh Frank Lampard sebenarnya berhasil mematikan poros permainan Aston Villa, Jack Grealish. Grealish merupakan pahlawan Aston Villa di semi-final. Mengarsiteki gol penyeimbang ke gawang West Bromwich Albion dan memaksa Kieran Gibbs melanggar dirinya di kotak penalti sehingga Tammy Abraham bisa membawa the Villans unggul.

Ditambah dengan penampilannya sepanjang musim yang menghasilkan 12 gol untuk Aston Villa, Grealish adalah salah satu poros utama Dean Smith. Mematikan Grealish adalah satu langkah yang berhasil dilakukan Derby County. Ia hanya menyentuh bola 37 kali sepanjang 90 menit. Hanya delapan yang dilakukan untuk membangun serangan dan dua kali direbut saat menggiring bola.

Sialnya, the Rams tetap kalah. Grealish tetap menjadi bahan pembincangan meski tidak terlibat dalam dua gol kemenangan Aston Villa. Mungkin karena sepatu yang ia gunakan terlihat tidak layak ada di atas lapangan. Apapun alasannya, Grealish jadi pusat perhatian. Seperti saat terakhir kali Aston Villa di Premier League (2015/2016).

Ia bukanlah satu-satunya pemain yang masih bertahan di Villa Park setelah tiga tahun terdegradasi. Ada nama-nama lain seperti Alan Hutton, Mark Bunn, Jed Steer, dan Micah Richards. Tapi Grealish adalah satu-satunya pemain yang masih mendapatkan perhatian dari klub Premier League meski terdegradasi bersama Aston Villa.

Pada musim panas 2018, Tottenham menawarkan 25 juta pauns untuk Grealish. Ia ingin pindah karena tahu Premier League adalah satu-satunya cara agar dapat menembus tim nasional Inggris.

“Saya tak mengatakan membela kesebelasan Championship sama dengan mencoret diri sendiri dari tim nasional. Itu bukan hal mustahil. Tapi kami, juga mempertimbangkan level kompetisi,” jelas Kepala Pelatih Inggris Gareth Southgate.

Grealish yang sudah menukar kewarganegaraan Republik Irlandia untuk Inggris tentu ingin membuktikan bahwa keputusan yang diambilnya adalah hal tepat. Premier League adalah tiket dia saat itu dan Tottenham menawarkannya.

Kesempatan Kedua

Foto: Football.co.uk

Namun setelah pergantian pemilik dalam tubuh klub, Grealish akhirnya bertahan di Villa Park. Ia bahkan memperpanjang kontrak di sana hingga 2023. Berhasil promosi bersama Aston Villa, pengorbanan Grealish terbayar lunas.

“Sekitar 10 bulan lalu, saya kira akan meninggalkan klub ini. Tapi kemudian banyak hal terjadi. Saya dipercaya menjadi kapten dan mencetak dua gol melawan Birmingham City,” kata Grealish, bangga.

Keberhasilan Aston Villa berarti Grealish tidak perlu pindah untuk mendapatkan tempat di tim nasional. Tapi peluang untuk pindah itu masih ada. Manchester United disebut menjadi salah satu kesebelasan yang tertarik memboyong Grealish pada musim panas 2019.

“Sekalipun Aston Villa promosi, Grealish adalah pemain yang akan saya kejar keliling dunia untuk membela Manchester United. Tidak ada pemain lain yang perlu diincar selain dia,” kata mantan pemain akademi Manchester United, Robbie Savage.

Entah Savage benar-benar merasa the Red Devils membutuhkan Grealish atau hanya ingin melakukan sabotase kepada Aston Villa tidak ada yang tahu. Pasalnya Savage lebih dekat dengan Derby County dan Birmingham City ketimbang Manchester United. The Rams gagal kembali ke Premier League karena Aston Villa. Sementara Birmingham adalah rival abadi the Villans. Tidak ada yang tahu.

Perlu Perlakuan Seperti Hazard atau Kane

Foto: Zimbio

Tapi perkataan Savage itu masuk akal untuk kepentingan Grealish. Mengincar tempat di tim nasional Inggris akan lebih mudah apabila ia membela Manchester United. Selama Southgate menangani Inggris, Grealish juga punya peluang lewat Aston Villa. Lewis Dunk di Brighton & Hove pun dipanggil oleh Southgate. Tapi peluang itu akan lebih besar apabila membela Manchester United atau Tottenham.

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk Grealish hengkang. Dirinya sudah menahan diri dengan membiarkan Aston Villa menolak Tottenham. Bahkan memperpanjang kontraknya di sana. Ia sudah mengantarkan klub kesayangannya kembali ke tanah perjanjian. Pergi, dirinya juga akan dianggap sebagai pahlawan.

Bertahan juga sebenarnya bukan pilihan yang buruk. Asalkan Aston Villa berani menjadikan Grealish sebagai pusat permainan mereka. Saat ini, Dean Smith lebih mengandalkan duet penyerang Abraham dan Jonathan Kodija sebagai tumpuan. Pemain-pemain di belakangnya disesuaikan, siapa yang bisa menjadi pelayan terbaik untuk mereka.

Grealish kebetulan salah satunya. Tapi itu bukanlah perlakuan yang dibutuhkan Grealish untuk mencapai level berikutnya. Ia perlu mendapat perlakuan seperti Eden Hazard di Chelsea. Atau Harry Kane di Tottenham.

Menjadi nomor tiga atau empat di bawah Kodija dan John McGinn akan mempersulit peluang Grealish masuk tim nasional. Padahal Grealish merupakan pemain yang bisa membuat nama Aston Villa kembali mewarnai skuad the Three Lions setelah terakhir mengirim Fabian Delph pada 2014/2015.