Takefusa Kubo dan Pengkhianatan yang Terlalu Cepat

Foto: Skysports.com

Real Madrid resmi memenangkan persaingan untuk tanda tangan jenius sepakbola Jepang, Takefusa Kubo. Pemain kelahiran 4 Juni 2001 itu kini sudah diperbolehkan untuk merantau ke Benua Biru setelah sebelumnya sempat terjebak transfer ilegal di akademi FC Barcelona. Digoda Paris Saint-Germain , Manchester City, dan Barcelona, Sang Mantan, Kubo memilih Real Madrid sebagai pelabuhan barunya.

Awalnya, Kubo tidak berpikir untuk segera kembali ke Eropa. “Saya masih beradaptasi di Tokyo. Ini bukan rumah saya. Saat ini saya tidak terlalu memikirkan masa depan. Sudah cukup senang bisa cepat masuk tim utama,” kata Kubo.

Presiden FC Tokyo Naoki Ogane juga mengatakan bahwa Kubo ingin ia pertahankan paling tidak sampai dengan Olimpiade 2020 tiba. Dirinya bahkan langsung diberikan kontrak baru setelah setengah musim membela tim senior. Tapi, kontrak tersebut hanya berlaku hingga Juni 2019, artinya peluang Kubo pergi memang cukup besar.

Apalagi setelah Kenta Hasegawa selaku manajer klub mengakui bahwa penampilan Kubo selama di Tokyo sudah mencapai level Ritsu Doan, gelandang FC Groningen yang pernah diasuh mantan penyerang Samurai Biru di era 90-an tersebut.

Real Madrid mendapatkan jasa Kubo dengan cuma-cuma dan mengontraknya hingga 2024. Kubo pun masuk ke dalam daftar pemain yang pernah membela Barcelona dan Real Madrid sepanjang karier mereka. Menyusul Ronaldo Nazario de Lima, Samuel Eto’o, Gica Hagi, dan masih banyak lagi.

Pemain terakhir yang menyebrang antar kedua musuh bebuyutan itu adalah Javier Saviola (2007). Tapi Kubo tidak seperti Saviola, Luis Figo, Luis Enrique atau pemain-pemain lainnya yang langsung menyebrang. Ia transit terlebih dahulu di FC Tokyo, seperti Ronaldo di Inter Milan atau Samuel Eto’o lewat Mallorca. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah Kubo bisa disebut pengkhianat?

Terlalu Cepat Untuk Berkhianat

Foto: BBC

Jika melihat contoh yang ada, tentu jawabannya tidak. Eto’o adalah pemain buangan Real Madrid. Sementara Ronaldo merasakan kesuksesan dengan seragam merah-biru ataupun putih.

Status Kubo lebih mirip dengan Aleix Vidal yang memulai karier di tim U17 Barcelona kemudian pindah ke La Fabrica setelah membela Gimnastic de Tarragona selama satu tahun. Atau Iago Falque yang pindah dari La Fabrica ke La Masia sebelum dijual Blaugrana dengan harga 250.000 euro kepada Juventus.

Kedua contoh itu mungkin tidak memiliki level setinggi Kubo yang disebut sebagai ‘Messi dari Jepang’. Seorang jenius sepakbola. Tapi, hal ini sudah biasa terjadi.

Harry Kane dilepas Arsenal karena mereka lebih memilih Benik Afobe. Bertahun-tahun kemudian, Kane diakui sebagai salah satu penyerang terbaik dunia bersama rival the Gunners, Tottenham Hotspur. Andrea Pirlo disia-siakan Inter Milan, kemudian bersinar dengan warna merah-hitam dari tim sekota. Normal.

Meski bukan pengkhianat, sudah pasti ada kesebelasan yang lebih dekat di hati pemain-pemain itu. Mungkin apabila suatu saat nanti Kubo melakukan selebrasi dengan mencium lambang salah satu kesebelasan, kita baru akan benar-benar tahu kesebelasan mana yang lebih dekat dengan dirinya.

Pasalnya dengan usia yang belum genap 20 tahun, Kubo masih bisa pindah dari Santiago Bernabeu ke Camp Nou. Sama seperti Aleix Vidal yang kembali membela Barcelona setelah membela Almeria dan Sevilla. Padahal ia pernah meninggalkan La Masia dan membela Real Madrid.

Kepedulian Real Madrid

Per 19 Juni 2019, Kubo adalah pemain Real Madrid. Namun dalam kontrak yang berdurasi lima tahun, tidak ada klausal anti-barcelona. Bukan tidak mungkin ia kembali mengenakan seragam Blaugrana. Tapi untuk saat ini, Real Madrid memang pilihan terbaik.

Dibandingkan dengan PSG, Manchester City, dan Barcelona, Los Blancos adalah tim yang paling peduli kepada pemain muda. Meski popularitas mereka menunjukkan hal berbeda dengan kepergian Juan Mata, Roberto Soldado, dan lain-lain, pada 2018/2019 Real Madrid memiliki enam pemain akademi di tim utama mereka.

Masih lebih sedikit dibandingkan PSG (9) dan Barcelona (7). Akan tetapi, peluang bermain yang diberikan lebih banyak dibanding kedua kesebalasan itu. Buktinya, PSG tak keberatan melepas Moussa Diaby ke Bayer Leverkusen. Barcelona ditinggal berbagai pemain akademi mereka.ย Marc Cucurella dan Paco Alcacer jadi nama terakhir yang meninggalkan Blaugrana. Cucurella lebih memilih Eibar, sementara Alcacer nyaman di Dortmund.

Ketika mereka membuang-buang talenta, Real Madrid memperlihatkan sikap untuk peduli pada pemain muda. Andriy Lunin dan Enzo Zidane masuk perbincangan untuk mengisi pos Keylor Navas. Luka Jovic, Rodrygo Goes, dan Eder Militao yang baru didatangkan di musim panas 2019 juga masih di bawah 23 tahun.

Kabarnya, kegagalan Barcelona memboyong kembali Kubo adalah kesalahan mereka sendiri. Barcelona menawarkan Kubo posisi di tim B. Sama seperti Real Madrid yang mengontrak jasanya untuk Castilla.

Namun, saat Kubo meminta garansi untuk naik membela tim senior di musim keduanya, hal itu tidak dipenuhi oleh Barcelona. Sementara Real Madrid setuju dengan permintaan Kubo. Wajar jika pada akhirnya ia lebih memilih ‘berkhianat’.