Mengapresiasi Josh Cavallo, Pesepakbola yang Berani “Come Out”

Mohon maaf jika tulisan ini telat dirilis ke permukaan, dan maafkan saya menulis di momen yang sudah berlalu. Tetapi momen langka yang ada di judul tulisan ini tidak akan tertelan oleh jaman, sampai kapanpun. Penulis sangat yakin ini sebuah langkah yang masih prematur, sangat rentan untuk didiskusikan secara eksplisit. Percayalah, human rights benar adanya.

Joshua John Cavallo, pria yang membuat gebrakan human rights di dunia lapangan hijau Negeri Kanguru. Pemain Adelaide United tersebut memberikan pesan kepada dunia bahwa dia adalah seorang gay. Sontak banyak dukungan langsung mengalir kepadanya, termasuk dari para pemain top dunia. Dukungan dan apresiasi langsung datang dari Gerard Pique, Antoine Griezmann, Raphael Varane, sampai Zlatan Ibrahimovic.

“Hari ini saya siap untuk bicara perihal kisah pribadi yang kelak membuat nyaman untuk dibicarakan dalam hidup saya sendiri. Saya bangga untuk bilang kepada publik jika saya seorang gay,” tulis bek kiri Adelaide United ini pada 27 Oktober 2021 lalu di akun Twitter pribadinya.

Keberanian bersuara yang setara dengan melawan rasisme.

Pengakuan Josh secara terbuka ini jadi gebrakan setelah dia mengalami masa dilematis selama bertahun-tahun. Selama ini Josh merasa lelah menutupi identitasnya, tetapi di sisi lain Josh juga memiliki ketakutan jika come out. Imbasnya ke pria keturunan Malta ini tidak bisa lagi mengejar mimpi sebagai pesepakbola dan tidak diperlakukan setara, itu ketakutan terbesarnya.

Sebelum lebih lanjut, melela atau keluar (come out) adalah istilah yang merujuk kepada tindakan seorang individu yang mengungkapkan orientasi seksual mereka kepada orang lain.

Sehari setelah dia membuat pengumuman yang mengemparkan dunia kulit bundar, Josh merasakan kebebasan. “Saya tidak pernah sebahagia ini seumur hidup,” kalimatnya dikutip di BBC.

Sebelum viralnya pemain kelahiran Bentleigh East, Victoria, ada kisah pesepakbola Australia lainnya, yaitu Andy Brennan, yang melela sebagai gay tahun 2019.

Kepada The Guardian, Andy bercerita jika sehari setelahnya dia mendapat hinaan dalam sesi latihan Newcastle Jets. Rekannya, James Brown, langsung menendang bola ke luar lapangan dan berteriak: “Berani-beraninya kamu bilang begitu!”

Dukungan dari orang terdekat itulah yang menurut Andy cukup menguatkan. Pemain yang saat ini membela Hume City ini juga memuji langkah yang dilakukan oleh Josh. Ia berharap jika suatu saat pesepakbola tidak perlu lagi harus “bersembunyi” untuk menjadi dirinya sendiri.

Di sepakbola Eropa, nama-nama seperti Justin Fashanu dan Thomas Hitzlsperger baru mengumumkan identitas mereka sebagai gay setelah gantung sepatu. Kini secara terang-terangan, Lucas Digne dan Richarlison pada 2020 lalu mereka mengaku tidak ada masalah memiliki rekan gay di dalam tim (Everton).

“Setiap orang harus diperlakukan secara terhormat tanpa pandang bulu,” ungkap pemain asal Brasil itu.

Baca juga: Sulitnya Pesepakbola LGBT Diterima Masyarakat

Tahun 2020 lalu juga beredar surat anonim yang ditampung oleh Justin Fashanu Foundation. Surat tersebut diklaim dibuat oleh salah satu pemain di Premier League. Dia menulis jika hanya anggota keluarga dan kerabat yang tahu jika dia gay.

“Saya belum siap untuk membagikan hal ini kepada tim atau manajer,” sebut surat anonim tersebut.

“Jujur, saya tidak berpikir bahwa sepakbola siap jika ada pemain yang melela. Butuh perubahan radikal untuk melangkah kesana,” tulisnya pada 2020 lalu.

Sikap Josh Cavallo ini bisa jadi awal dari perubahan manusia.

Jika berbicara hak asasi manusia (HAM), menurut Prof. Dr. Miriam Budiardjo pakar ilmu politik Indonesia dan mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir, bersifat universal, dan dimiliki tanpa memandang perbedaan; Entah itu jenis kelamin, suku, agama, ras, dan lain sebagainya.

Menelisik kasus Joshua John Cavallo, ini merupakan problematika dari HAM. Come out juga bisa menjadi bahan perjudian hidup seseorang. Ada orang di sekitarnya yang mau menerima sepenuh hati tanpa pandang bulu atau bisa mendapat hinaan bahkan hujatan yang akan dilontarkan kepada dirinya.

Fenomena Josh ini merupakan sedikit gambaran ungkapan seksualitas secara terbuka dan berani jujur di muka umum. Menerima dan mendampingi menjadi modal utama untuk menghadapi seseorang dengan orientasi seksual dan identitas gender non-normatif. Hal ini bukan perkara sepele.

Maka di akhir kalimat ini penulis meminta maaf jika artikel di atas telat untuk dirilis saat viral yang lalu. Tapi ingatlah pada artikel ini, penulis menaruh apresiasi setinggi-tingginya kepada Josh Cavallo. Setidaknya dia sudah berusaha jujur serta terbuka kepada dirinya sendiri dan dunia.

Anda boleh tidak setuju dan tidak suka atau bahkan benci dengan keberadaan LGBTQ. Tapi apa salahnya mereka hidup bersama dengan kita? Toh dunia ini kaya akan perbedaan.

Pada satu titik, kita semua ini sama di Mata Tuhan. Sekian.

Respect for Cavallo.