Uni Soviet merupakan negara dengan sejarah sepakbola yang cukup kuat di Eropa, bahkan Dunia. Setelah bubarnya mereka pada 1991, negara ini pecah. Di tahun yang sama dengan pecahnya Uni Soviet, sebuah klub berdiri di bagian barat Rusia dengan nama Anzhi Makhachkala. Anzhi Makhachkala sendiri merupakan kesebelasan dari Ibukota Republik Dagestan, sebuah negara bagian di Rusia.
Dalam sejarahnya, klub ini merupakan klub yoyo yang sering naik turun divisi. Sempat mengejutkan ketika menembus empat besar Liga Utama Rusia pada tahun 2000, Anzhi kembali ke divisi dua, tiga musim setelahnya.
Butuh waktu hingga enam musim bagi Anzhi untuk merasakan kembali kompetisi utama sepakbola Rusia. Namun, setelah promosi pada 2010, belum ada perubahan berarti. Anzhi justru sikut-sikutan di zona degradasi.
Baca juga: Profil Lengkap 12 Stadion Piala Dunia 2018 (1)
Durian Runtuh Suleyman Kerimov
Angin segar datang bagi Anzhi Makhachkala ketika Suleyman Kerimov, usahawan dan politikus dari Dagestan, mengakuisisi Anzhi pada 2011. Kerimov langsung menjanjikan dana segar dengan nilai lebih dari 250 juta USD. Rincian dananya adalah 200 Juta USD untuk pembangunan infrastruktur, sementara 50 juta USD sisanya untuk gaji pemain.
Bagi Anzhi Makhachkala, bahkan untuk kesebelasan di Rusia, angka yang diberikan Kerimov amatlah fantastis. Ini yang membuat Anzhi langsung berbenah karena investasi tersebut.
Sejatinya, apa yang dilakukan Kerimov menghadirkan kecaman dari penduduk kota Makhachkala. Sebabnya, Dagestan sedang dalam tekanan pemberontak Islamis. Pemberontakan ini adalah perseteruan antara jamaah penganut Sharia dan penganut Sufi di Dagestan. Jamaah penganut Syariah menganggap penganut Sufi di Dagestan terlalu sekuler, sehingga menyebabkan pertikaian selama bertahun-tahun.
Kerimov sendiri tidak ambil pusing dan tetap menjalankan programnya untuk membangun Anzhi. Pesimisme kemudian hadir dari pengamat sepakbola Rusia. Salah satunya dari Sasha Goryunov.
“Sepakbola Rusia masih sangat jauh untuk dijadikan komersial. Tidak ada harapan bagi Anzhi untuk bertahan dengan dana tersebut. Butuh lebih dari jutaan Dollar bagi Anzhi untuk tetap bisa berkembang,” ucap Sasha dikutip dari Livemint.
Bursa transfer musim panas 2011 Anzhi melakukan gebrakan pertama dengan mendatangkan Yuri Zhirkov, Christopher Samba, dan Samuel Eto’o. Sebelumnya Anzhi sempat mendatangkan Roberto Carlos. Nama-nama besar di atas didatangkan dengan transfer dan gaji yang tinggi. Eto’o yang paling fenomenal di antaranya karena pernah mendapatkan gaji tertinggi sedunia. P
Pada musim 2011/2012, hasil yang didapatkan Anzhi memang cukup fantastis. Anzhi sukses menyodok hingga masuk lima besar di klasemen akhir. Samuel Eto’o memberikan manfaat instan dengan menjadi top skorer klub dengan 13 gol di akhir musim.
Setelahnya, Kerimov melakukan investasi terbesarnya dengan mendatangkan manajer sekelas Guus Hiddink pada awal musim 2012/2013. Pemain-pemain yang datang pun merupakan rekomendasi Hiddink dengan nama-nama cukup kenyang pengalaman di Eropa.
Sebut saja Emir Saphic dari Sevilla, Lassana Diarra dari Real Madrid, hingga Willian dari Shakhtar Donetsk. Total Anzhi menghabiskan hampir 100 juta USD. Di akhir musim, Anzhi Makhachkala bahkan menempati peringkat ketiga dan melaju hingga babak 16 besar Europa League. Capaian ini pun membuat Anzhi kian diperhitungkan di Rusia.
Baca juga: Piala Dunia, Inggris, Rusia, dan Marmut
Anzhi yang Menukik Tajam
Setelahnya, pada musim 2013/2014 Anzhi menukik tajam. Sebabnya Kerimov kehilangan hasratnya untuk Anzhi. Penyebab berubahnya sikap Kerimov terhadap Anzhi sendiri ditengarai berbagai faktor seperti kondisi politik yang memanas di Dagestan.
Isaha Kerimov pun diberitakan The Guardian mengalami defisiti yang cukup besar dan membuat Kerimov jatuh sakit. Kerimov pun semakin kehilangan gairah ketika Hiddink mengundurkan diri dari kursi manajer. Disusul sang asisten Rene Meulensteen 16 hari setelahnya.
Kerimov memutuskan membuat langkah besar dengan menekan pengeluaran dengan cara menjual pemain-pemain bintangnya. Willian dilepas ke Chelsea, Eto’o diputus kontrak, dan memotong gaji sehingga berhemat hingga 40 juta USD. Dampaknya, Anzhi kemudian hanya meraih tiga kemenangan di liga dan menempati posisi ke-16. Dengan hasil tersebut Anzhi degradasi ke divisi dua Liga Rusia.
Hanya satu musim Anzhi kembali ke Divisi Utama. Namun mereka menjadi tim yang kesulitan bersaing di Liga, bahkan mereka menempati posisi ke-13 yang mengharuskan mereka playoff untuk tetap bertahan. Meskipun di akhir musim akhirnya Anzhi tetap bertahan.
Pada Desember 2016 Kerimov melepas sahamnya di Anzhi dan diakuisisi Osman Kadiev. Kadiev sendiri merupakan usahawan lokal yang dalam kampanyenya berjanji menstabilkan Anzhi. Hasilnya di akhir musim lalu, Anzhi menempati posisi 12 satu posisi lebih tinggi dari posisi 2015/2016.
Di akhir musim Liga Rusia 2017/2018, Anzhi menempati peringkat ke-14. Mereka harus melalui babak play off yang akan dimulai pada 17 Mei esok. Lawan yang akan mereka hadapi adalah Yenisev Krasnoyarsk. Hanya kemenangan yang akan membuat mereka bertahan di Liga Utama Rusia.
Naik-turunnya Anzhi memang ironis. Menurut sejumlah pihak hal ini ditenggarai dari sulitnya investasi di sepakbola Rusia. Banyak yang menyebut kalau sepakbola Rusia memang kurang menarik. Selain karena prestasi di tingkat Eropa yang minim, juga jadwal liga yang berbeda karena dipengaruhi cuaca ekstrem di Rusia.