3 Agustus 2017, Paris Saint-Germain (PSG) memecahkan rekor transfer dunia dengan mengontrak Neymar Jr. dari FC Barcelona. Dana 222 juta Euro digelontorkan Le Parisien demi kapten tim nasional Brasil tersebut. Berbagai spekulasi muncul saat itu, mulai dari godaan Dani Alves, hingga kampanye Qatar untuk mengamankan jatah Piala Dunia 2022. Tapi satu yang paling menonjol, Neymar ingin keluar dari bayang-bayang Lionel Messi.
Mulai dari Gerard Pique hingga Pele mengatakan hal yang sama. “Apa alasan Neymar untuk pindah? Uang? Piala? Dirinya ingin menjadi seorang pemimpin dan semua dia pertaruhkan di satu kompetisi, Liga Champions,” kata Pique seperti dikutip Irish Times.
Ambisi PSG memang jelas sejak awal. Mereka ingin membawa ‘Si Kuping Besar’ ke Parc des Princes. Neymar adalah pertaruhan besar dari PSG. Apalagi dengan kondisi finansial klub yang sampai harus diinvestigasi UEFA. Pertaruhan klub asal Paris tersebut awalnya didukung oleh Thierry Henry dan Pele yang mengatakan PSG sebagai tempat tepat bagi Neymar lepas dari Messi.
Pele sampai menyebut kepindahan Neymar sebagai kabar bahagia untuk rakyat Brasil. “Ini adalah berita yang menghibur bagi publik Brasil. Neymar memang harus melepaskan diri dari bayang-bayang Messi. Kini, dia bisa memperlihatkan kualitas terbaiknya di PSG,” tutur Pele kepada Marca.
Baca juga: Diet yang Tak Lagi Membuat Messi Muntah-Muntah
Sehabis Messi, terbitlah Mbappe
Akan tetapi, mimpi tidak selalu menjadi kenyataan. Atau setidaknya hal tersebut butuh usaha dan kesabaran untuk menjadi nyata. Pasalnya, ambisi PSG juga membuat mereka mendatangkan pemain-pemain hebat lain. Pemain yang tidak kalah bersinar dari Neymar, dan dia adalah Kylian Mbappe.
Sejak mulai memangkas pengeluaran mereka pada 2014, PSG menggunakan cara yang sama seperti Bayern Munchen di Jerman. Dominasi mereka di liga membuat mayoritas pemain dalam kompetisi tersebut tergiur untuk mengenakan seragam PSG dan dapat jaminan piala. Serge Aurier menjadi yang pertama di 2014, lalu disusul Layvin Kurzawa, Hatem Ben Arfa, hingga akhirnya Mbappe.
Cara PSG mendaratkan Mbappe juga sama seperti saat mereka memboyong Aurier. Hanya sebagai pemain pinjaman di musim pertama sebelum akhirnya dipermanenkan untuk tahun berikutnya. Namun dalam kasus Mbappe, hal ini lebih dikarenakan oleh batas Financial Fair Play (FFP) dari UEFA.
Musim pertama Neymar di Paris tercoreng oleh cedera. Setelah sempat menjadi sorotan karena dianggap berusaha melengserkan Edison Cavani sebagai penyerang utama PSG, Neymar harus tersingkir ke pinggir lapangan saat isu tersebut sudah mulai reda.
Dirinya berhasil sembuh sebelum Piala Dunia di Rusia, tapi gagal untuk membawa Brasil menjadi juara. Padahal dia sudah bisa melaju lebih jauh daripada Lionel Messi. Sementara itu, bintang PSG lainnya, Kylian Mbappe berhasil mencuri lampu sorot. Menjuarai turnamen bersama Prancis, memperoleh gelar pemain muda terbaik, dan berhasil untuk sejajarkan namanya bersama Pele sebagai remaja yang mencetak dua gol pada partai puncak Piala Dunia.
Pele pun ikut mendukung Mbappe. Penyerang kelahiran Bondy, 19 tahun lalu itu mendapat kostum Santos FC dari Sang Legenda. Pele bahkan sampai ingin kembali merumput setelah melihat penampilan Mbappe di Rusia!
Baca juga: Kylian Mbappe, Pele Generasi Z
Wingman
Sorotan mulai berkurang dari Neymar dan pindah ke Mbappe. Lebih lagi setelah Mbappe mencetak empat gol dalam 13 menit saat bertemu Olympique Lyon (08/10). Keberhasilan tersebut membuat Mbappe mencatatkan namanya kembali ke buku sejarah. Dia menjadi pemain termuda yang sukses mencetak lebih dari tiga gol di Ligue 1 sejak 1973.
Mbappe kini menjadi idola. Baik itu idola media, publik Paris, Prancis, bahkan dunia. Namun, bukan berarti Neymar tersingkir begitu saja. Musim ini, keduanya sama-sama telah mencetak delapan gol di Ligue 1. Sama-sama berkontribusi dalam 11 gol PSG di liga domestik dengan catatan Neymar lebih sering bermain ketimbang Mbappe (8:5). Neymar juga lebih produktif di Liga Champions, target utama PSG (3:2). Sorotan itu mulai hilang, tetapi permainan Neymar semakin menggila.
Kondisi ini harus bisa dimanfaatkan oleh Neymar. Dibanding berusaha membuktikan diri sebagai pemain terbaik dunia, mungkin dirinya bisa lebih fokus membantu sosok yang digadang-gadang akan segera mendapatkan status tersebut di masa depan. Jadi seorang wingman, sosok yang selalu ada untuk mengeluarkan kualitas terbaik dari rekannya.
Wakil kapten PSG, Marquinhos bahkan melihat persamaan Neymar dan Ronaldinho selain sama-sama mengenakan nomor 10 di PSG. “Dia adalah pemain yang luar biasa. Dirinya selalu siap untuk berjuang dan diandalkan di atas lapangan. Semoga Neymar bisa lebih baik dari Ronaldinho,” kata Marquinhos ke AFP.
Bukan tidak mungkin cara tersebut akan membuat Neymar selalu dikenang menjadi salah satu terbaik sepanjang masa. Dengan ataupun tanpa Ballon d’Or. Messi butuh Ronaldinho sebagai stimulan kemampuannya di masa muda. Mbappe kini membutuhkan Neymar.
Baca juga: Kebahagiaan Messi, Kebahagiaan Barcelona Juga
Selalu lebih baik dari Messi
Andai kita bandingkan musim terbaik Messi dan Neymar dalam lima tahun terakhir, akan terlihat bagaimana La Pulga jauh lebih egois dibandingkan sosok yang sering dianggap glamour dan penuh muslihat, NJR.
Pada La Liga 2014/2015, Messi mencetak 43 gol dan arsiteki 18 lainnya untuk Barcelona. Ini musim terbaik Messi dalam lima tahun terakhir. Akan tetapi menurut data dari Squawka, Messi hanya tujuh kali memotong serangan lawan dalam satu musim. Kalah dari Neymar (13) yang punya waktu bermain 800 menit lebih sedikit dari dirinya.
Saat itu Messi memang unggul dalam berbagai hal dari Neymar. Messi menciptakan 93 peluang untuk Blaugrana, jauh di atas Neymar (55). Messi mencatatkan 75 operan kunci sepanjang musim, sementara Neymar hanya 45. Tapi 2014/15 bukanlah musim terbaik Neymar. Kemampuan terbaik Neymar dalam lima tahun terakhir terlihat semusim setelah itu (2015/16).
Mantan pemain Santos tersebut berhasil mencatatkan 89 key passes dan menciptakan 101 peluang. Lebih baik dari raihan Messi satu musim sebelumnya. Neymar juga masih lebih aktif dalam bertahan dengan 11 kali memotong serangan. Sementara di musim yang sama, angka Messi dalam hal ini turun menjadi hanya enam kali memotong aliran bola lawan.
Neymar lebih berperan sebagai otak dibandingkan penyelesai serangan. Sekalipun saat main bersama Messi. Hal ini membuat dirinya terlihat lebih adaptif. Dulu Messi, sekarang Mbappe. Hal itu bukan masalah, karena sebenarnya secara permainan tim, Neymar selalu lebih baik dari Messi.
Menunggu Pembuktian di 2022
Usia Neymar saat ini sudah 26 tahun, pada Piala Dunia 2022 dirinya resmi berkepala tiga. Empat tahun lagi di Qatar, mungkin akan jadi Piala Dunia terakhir Neymar. Menoleh ke sisi lain, kondisi Lionel Messi dengan tim nasional hingga kini masih abu-abu.
La Pulga -julukan Messi- memang salah satu jika pemain terbaik dunia saat ini. Hal itu sudah ia perlihatkan dengan berbagai pialanya dengan FC Barcelona dan lima raihan Ballon d’Or. Tapi berusia 31 tahun dan diambang pensiun, Messi belum pernah memberikan piala untuk Argentina. Padahal rival abadinya, Cristiano Ronaldo telah mengantarkan Portugal jadi juara Piala Eropa 2016.
Satu masalah yang selalu disebut tentang kegagalan Messi di Argentina adalah minimnya pemain-pemain La Albiceleste yang dapat bermain seperti kebiasaan Messi di Barcelona. Jika melihat Piala Dunia di Rusia, bagaimana Lionel Messi sempat terlihat seperti pemain sekaligus pelatih setelah isu Jorge Sampaoli muncul, mungkin hal itu ada benarnya.
Sejauh ini, Argentina yang harus beradaptasi dengan Messi, bukan sebaliknya. Sialnya, Messi sebenarnya juga tergolong pemain yang egois di atas lapangan. Melihat gaya Messi bersama Barcelona, jelas banyak operan yang ia lakukan. Itu sudah filosofi permainan turun-menurun di sana. Sementara Neymar tidak harus menjadi pusat permainan Brasil.
Saat di Rusia, ia bahkan sempat mengatakan bahwa Piala Dunia 2018 bukan tentang dirinya sekalipun Messi dan Ronaldo sudah tersingkir. “Saya tidak ingin ini menjadi Piala Dunia Neymar. Ini akan menjadi Piala Dunia Brasil,” harapnya meski kemudian gagal.
Berperan sebagai mentor Mbappe di PSG akan menjadi modal berharga Neymar untuk memimpin rekan-rekannya di Qatar. Hingga pada akhirnya dia benar-benar keluar dari bayang-bayang Messi dengan menjadi juara Piala Dunia 2022.