Pele pada suatu ketika pernah bertanya kepada lawannya di sebuah pertandingan: “Apakah Anda orang Brasil?”
Pertanyaan tersebut diajukan Pele kepada Dragoslav Šekularac, gelandang cerdas Yugoslavia. Atas pertanyaan itupun Sekularac dijuluki “The Brazillian”. Teknik yang luar biasa, kecepatan, dan pembacaan bolanya, disejajarkan oleh pemain bola asal Negeri Samba.
Sekularac memang tidak setermashyur Pele atau legenda Yugsolavia seperti Dragan Džajić atau Zlatko Vujovic. Sekularac yang mencatatkan 41 penampilan bersama Timnas Yugoslavia bukanlah pemain dalam katagori legenda. Namun julukan lainnya “The Tomantic” dan “The Artist” menunjukkan bagaimana permainan cantiknya di tengah lapangan menyihir para penonton saat itu.
Dragoslav Sekularac, Si Tukang Kritik Wasit
Dragoslav Sekularac lahir di Stip, Yugoslavia, yang kini menjadi bagian dari Makedonia, pada 8 November 1937. Ia merupakan putra seorang pengacara ternama, Bogosav Sekularac. Pada usia enam tahun, Dragoslav kecil pindah ke Belgrade dan di sanalah ia mengenal sepakbola. Namun ia tidak pernah mengingat kapan persisnya Dragoslav mencintai sepakbola. Momen yang dia ingat adalah ia mencintai sepakbola ketika melihat Red Star Belgrade bermain. Sejak itulah ia bertekad menjadi pemain sepakbola.
Ketika berusia 13 tahun, Dragoslav melakukan trial bersama Red Star namun gagal karena dianggap terlalu kecil secara fisik. Hingga akhirnya Red Star menyadari kesalahannya ketika melihat Dragoslav kecil melewati empat pemain sebelum menyelesaikannya dengan gol chip indah di pertandingan antar sekolah. Red Star akhirnya membawa Dragoslav ke akademi mereka.
Di usia 17 tahun, tepatnya pada 1955, Drgaoslav mencatatkan debut profesional bersama Red Star Belgrade di bawah asuhan Milovan Ćirić. Setahun setelahnya, Dragoslav Sekularac menjadi andalan bagi Red Star dan mencatatkan tujuh gol. Catatan impresif tersebut membawanya memperkuat Yugoslavia di ajang Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne, Aurstralia, dan sukses membawa medali Perak. Talentanya semakin terasah pun dengan kemampuan protesnya kepada wasit.
Pada sebuah pertandingan Red Star, ia benar-benar mengintimidasi wasit, menatapnya dengan tatapan tajam dan membuat wasit bahkan ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Sebuah teori yang dipraktekkan Sekularac dari sang Ayah yang merupakan pengacara, untuk mempengaruhi seseorang. Trik inilah yang menjadi ciri khasnya ketika bermain hingga melatih.
Baca juga: Socrates, Sepakbola, dan Revolusi Brasil
Sebuah pertandingan antara Yugoslavia meghadapi Inggris pada 1958, menjadi pertandingan yang secara resmi memperkenalkan talenta Sekularac. Ia berusia 21 tahun saat itu dan menjadi pemain kunci saat Yugoslavia menghancurkan Inggris 5-0 di Belgrade. Inggris yang saat itu memainkan Bobby Charlton, Bryan Douglas, dan Tom Finney, dipaksa mengakui kelincahan Sekularac yang memainkan sepakbola ala Brasil: cepat, enerjik, dan penuh skill. Inggris sendiri berdalih cuaca yang cukup panas membuat The Three Lions tidak bermain optimal. Bahkan Yugoslavia bisa unggul 8-0 andai tiga gol tambahan tidak dianulir karena offside.
Kepemimpinan dan Kemampuan Mengubah Arah Permainan
Kemampuan Sekularac terasah ketika menjadi pemain inti di Red Star. Sejak usia 21 tahun ia tidak ragu memimpin rekan-rekannya dan tak jarang justru menjadi pelatih kedua di tim. Kepemimpinannya hadir di ruang ganti maupun di dalam lapangan, seperti yang dikenang oleh Branko Stankovic, mantan rekan setimnya di Red Star.
“Saya ingat pertandingan penting, saat itu saya membawa bola dan membuat kesalahan. Pada paruh waktu dia mendatangi saya. Dia (Sekularac) menampar saya dengan sangat keras dan saya menangis. Pada latihan berikutnya, pelatih menempatkan kami di depan satu sama lain, dan ia bahkan tidak menyentuh bola. Namun setelah latihan usai, dia mengajari saya untuk melakukan gerakan membuka ruang dan memberikan umpan,” ujar Branko Stankovic.
Kemampuan lainnya adalah caranya mengubah situasi pertandingan. Di pertandingan Perempatfinal Liga Champions 1956/1957, Red Star berhadapan dengan CDNA Sofia (sekarang berubah menjadi CSKA Sofia), yang sebelumnya menghajar Dinamo Bucharesti dengan aggregat telak 10-4.
Para pemain Red Star sangat gentar jelang laga CDNA Sofia, dengan tenang Sekularac muncul dan mendikte permainan. Seolah Sekularac bermain untuk kesenanangan pribadinya, meliuk-liuk melewati pemain CDNA Sofia seolah sang lawan adalah sekumpulan pemain dari akademi. Red Star saat itu sukses mengalahkan CDNA Sofia dengan skor 4-3 secara aggregat dan lolos ke semifinal Liga Champions sebelum dihentikan Fiorentina.
Kepribadiannya yang menarik turut membawanya ke panggung hiburan dengan sempat muncul di sebuah acara komedi pada tahun 1960. Sekularac mencatatkan 375 penampilan dan 119 gol bersama Red Star sebelum pindah ke beberapa klub seperti Paris FC, Santa Fe, dan Millonarios.
Baca juga: Pasang Surut Paris FC
Sekularac kemudian pensiun sebagai pemain pada 1975 dan memulai karier kepelatihan. Sayangnya prestasinya selama dunia kepelatihan tidak terlalu apik. Namun tetap saja dirinya dikenang sebagai salah satu pemain dengan teknik tinggi khas pemain Brasil yang memperkuat Yugoslavia.
Namun salah satu kritik terbesar bagi Sekularac adalah statistiknya ketika bermain tidak sebanding dengan talenta bagusnya. Hal yang masih banyak disayangkan berbagai pihak mengingat Pele pun terperangah dengan talentanya saat itu. Sekularac dianggap terlalu banyak berserapah dan berkonfrontasi dengan wasit dibandingkan fokus ke pertandingan.