Butuh lebih dari setengah dekade, tapi akhirnya Gerard Deulofeu sukses membuktikan kualitasnya. Berhasil menembus final Piala FA 2018/2019 bersama Watford, Deulofeu berpeluang mengantarkan the Hornets ke kompetisi antar klub Eropa untuk pertama kalinya sejak 1983/1984.
Semenjak meninggalkan Spanyol untuk melanjutkan kariernya di Inggris, Deulofeu sudah terlihat memiliki potensi menjadi pemain hebat. Tidak salah dulu dia dulu disebut penerus Lionel Messi. “Dia memiliki talenta. Talenta itu yang membuat orang berbondong-bondong datang. Hanya untuk menyaksikan dirinya bermain,” puji mantan manajer Everton Roberto Martinez.
Membela Everton selama dua setengah musim, Deulofeu menjadi pemain andalan Martinez di Goodison Park. Baik itu sebagai pemain pengganti super pada 2013/2014. Atau sebagai pilihan utama seperti pada musim 2015/2016. Jasa Deulofeu kemudian dipinjam AC Milan pada musim dingin 2017. Hanya membela Rosonerri selama setengah musim, penampilan pemain kelahiran 13 Maret 1994 itu menarik perhatian tim masa kecilnya, Barcelona.
Barcelona mengaktifkan klausal pembelian kembali seharga 12 juta euro dari Everton dan Deulofeu pulang ke Camp Nou. Awalnya ada harapan bahwa percobaan kedua di Barcelona akan lebih baik dari sebelumnya. Jika saat pertama diorbitkan ke tim senior dirinya gagal mendapat tempat karena persaingan yang begitu ketat, Blaugrana tidak sekuat era Pep Guardiola saat Deulofeu pulang.
Tapi kenyataannya, cerita yang sama kembali terulang. “Saya menyerah. Jika saya harus menjadi pemain pinjaman lagi, tak mungkin kembali ke sini. Watford berminat pada jasa saya, kita lihat saja nanti,” kata Deulofeu.
Watford benar-benar datang untuk Deulofeu pada musim dingin 2018. Mengakhiri musim 2017/2018 di Premier League, performa Deulofeu bersama the Hornets tidak semanis saat ia membela Everton. Namun Deulofeu tetap memilih untuk tidak kembali ke Barcelona. Ia merasa Watford sudah menjadi rumahnya. Dana 13 juta euro-pun digelontorkan tim favorit Sir Elton John untuk mempermanenkan jasa Deulofeu.
Melihat pencapaian Watford pada 2018/2019, Deulofeu kembali menarik minat kesebelasan top Eropa. Lagi-lagi kesebelasan yang sudah pernah ia bela sebelumnya, AC Milan. Menurut laporan Calciomercato, Deulofeu tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke San Siro.
Tapi jika kita bisa belajar dari sejarah, itu jelas bukan langkah bijak bagi Deulofeu. Terlibat dalam 16 gol Watford dalam 28 pertandingan di dua kompetisi, Deulofeu jelas tumpuan di Watford. Catatan yang ia miliki sepanjang 2018/2019 sama dengan raihan kapten Watford, Troy Deeney, meski Deulofeu lebih jarang main ketimbang mantan penyerang Walsall itu.
Mencetak gol-gol penting dan menjadi pahlawan kebangkitan Watford di semi-final Piala FA lawan Wolverhampton mungkin cukup menarik minat AC Milan. Namun satu-satunya alasan Deulofeu bisa bersinar di Vicarage Road adalah karena talentanya jauh menonjol daripada pemain the Hornets lainnya.
Lihat Memphis Depay dan Ben Arfa
Foto: Pulse
Deulofeu punya cerita yang sama dengan Memphis Depay di Olympique Lyon. Memphis kini diincar oleh berbagai kesebelasan, termasuk tim yang pernah memberi cap kegagalan pada dirinya, Manchester United. Namun Memphis sebenarnya tidak punya kapasitas untuk main di kesebelasan seperti Manchester United.
“Memphis tidak bisa melangkah lebih jauh. Levelnya hanya untuk kesebelasan yang setara dengan Lyon. Les Gones punya pemain lain yang lebih bisa memiliki peluang menjadi kelas dunia seperti Tanguy Ndombele,” kata mantan gelandang Lyon dan Barcelona, Edmilson.
Hal serupa juga bisa dikatakan ke Hatem Ben Arfa. Sempat gagal di Newcastle United, karier Ben Arfa kembali menjadi buah bibir ketika ia membela OGC Nice. Berkat performa di Nice, dirinya masuk ke dalam daftar incaran Barcelona dan Liverpool. Namun Ben Arfa merasa kedua kesebalasan itu terlalu tinggi untuk dirinya.
“Tentu saya tertarik [membela Barcelona atau Liverpool] tapi semua harus perlahan. Saya tak boleh jumawa. Target saya baru sampai membela kesebelasan terbaik di Prancis,” aku pemain jebolan akademi Lyon tersebut.
Ben Arfa lalu pindah dari Nice ke Paris Saint-Germain (PSG). Kesebelasan terbaik di Prancis seperti keinginannya. Sayangnya di PSG dirinya juga kurang berguna. Hanya tampil 32 kali dalam dua musim sebelum akhirnya pindah ke Rennes.
Hanya Watford yang Bisa Maksimalkan Deulofeu
Foto: Scoopnest
Deulofeu tidak berbeda dengan Memphis ataupun Ben Arfa dan hal itu sudah terbukti saat pulang ke Barcelona pada musim panas 2017. Deulofeu juga secara tak langsung mengakui hal tersebut. Mengatakan dirinya bisa sukses di Watford karena the Hornets tidak memiliki pemain-pemain dengan kemampuan individu kelas dunia.
“Alasan utama mengapa kami bisa meraih sesuatu yang tak terbanyangkan seperti masuk semi-final Piala FA atau bersaing untuk tujuh besar Premier League, karena tim ini bukan kesebelasan bertabur bintang,” kata Deulofeu.
“Hal itu membuat kami semua seperti keluarga, main untuk rumah sendiri. Hal seperti ini sangat sulit dilakukan di Barcelona. Ada tekanan luar biasa jika main di sana. Apalagi saat itu saya tergabung dengan pemain-pemain terbaik Barcelona,” jelasnya.
Tidak bisa membela kesebelasan top dunia seperti Barcelona dan Manchester United bukan berarti Deulofeu, Memphis, serta Ben Arfa pemain jelek. Mereka pemain hebat. Hanya saja kemampuan terbaik mereka hanya akan keluar jika membela kesebelasan seperti Watford.