Piala Dunia U20 di Polandia terbukti melahirkan banyak kejutan. Baik itu dari segi individu ataupun tim. Mulai dari Erling Braut Haland yang mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak di satu pertandingan (9). Ataupun keberhasilan Korea Selatan melangkah ke final setelah sebelumnya tidak pernah masuk empat besar.
Korea Selatan akan bertemu dengan Ukraina di partai puncak. Membuyarkan berbagai prediksi yang menyebut Prancis, Italia, dan Argentina sebagai unggulan. Meski demikian, bukan berarti negara-negara yang sudah tersingkir tidak memiliki talenta luar biasa.
Salah satu talenta terbaik di Piala Dunia U20 2019, Diego Lainez bahkan sudah tersingkir sejak fase grup. Padahal Lainez disebut sebagai ‘Messi dari Meksiko’. Sama seperti Lainez, bek Kolombia, Carlos Cuesta, juga mendapatkan label besar sekalipun terhenti di delapan besar.
Media-media Belanda menyebutnya sebagai ‘penerus Davinson Sanchez’ mengingat rumor ketertarikan Ajax Amsterdam kepada dirinya. Sementara Tim Vickery, kontributor BBC dan ESPN menyebutnya sebagai ‘jelmaan Franco Baresi’.
We have been huge fans of Cuesta at @WorldFootballi for years, this is a scouting spotlight podcast on the defender from 2017.
Tim Vickery has recently compared Cuesta to Baresi.
Everton have also been linked in recent days if the Ajax deal isn’t done.https://t.co/coqHD2nBwl
— Simon Edwards (@SimonEdwardsSAF) June 3, 2019
Vickery melihat permainan Cuesta berbeda dengan kebanyakan bek tengah. Posisi ini lebih sering diisi pemain-pemain berpostur tinggi dengan agresivitas tinggi. Sementara postur Cuesta hanya 180 centimeter. Lebih pendek daripada James Rodriguez.
Permainan Cuesta juga tidak terlalu agresif. Ia justru lebih lembut dan sabar. Namun hal itu dijadikan Cuesta sebagai kelebihannya. Dirinya dikenal sebagai pemain yang perhitungan di setiap jegalan dan duel udara.
Cuesta bahkan sudah memperlihatkan potensinya sebagai sosok penting di luar lapangan. Ketika absen karena cedera, ia tetap memperhatikan perkembangan tim dan mengetahui kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaikinya saat kembali merumput. Tak ayal, Cuesta pun menjadi pemain penting di Atletico Madrid.
Sejak masuk sebagai pelapis Daniel Bocanegra yang cedera, Cuesta telah tampil lebih dari 50 kali untuk Rey de Copas -julukan Atletico Nacional-. Mencatatkan 4.428 menit waktu bermain dalam tiga tahun.
“Di sini, usia bukanlah halangan. Hal paling penting adalah kemampuan untuk menjawab tantangan dari pelatih. Jika bisa melakukan itu, mereka pun percaya kepada kita,” jelas Cuesta. Ia melanjutkan tradisi klub melahirkan bek berkelas setelah sebelumnya ada nama Andre Escobar, Ivan Cordoba, dan Davinson Sanchez.
Penerus Davinson Sanchez
Foto: Comutricolor
Menjalani debutnya di usia 17 tahun, Cuesta memang tidak bisa lepas dari perbandingan. Setidaknya dari Sanchez. Mereka sama-sama memulai karier profesionalnya dari Atletico Nacional, dalam waktu singkat langsung jadi pemain favorit di Atanasio Girardot.
Cuesta berusaha lepas dari perbandingan itu, mengatakan bahwa setiap pemain pasti berbeda. “Saya tak suka dengan perbandingan tersebut. Jelas saya dan Sanchez punya kemiripan. Akan tetapi, setiap orang pasti punya ceritanya masing-masing. Perbandingan tersebut hanya jadi bukti bahwa saya ada di jalur yang tepat,” kata Cuesta.
Diorbitkan oleh mantan nakhoda tim nasional Kolombia, Reinaldo Rueda, Cuesta sudah menyumbangkan lima piala untuk Atletico Nacional. Termasuk gelar Copa Libertadores di musim pertamanya sebagai bagian dari tim senior. Kini, tiga tahun kemudian jasa Cuesta menjadi rebutan.
Selain Ajax, Everton dan Santos juga disebut menginginkan Cuesta. Awalnya, Rey de copas tidak ingin melepas jasanya. Namun, David Fernando Rocha dari RCN Radio, mengatakan bahwa kepergian Paulo Autorori dari Atanasio Girardot dapat jadi pemicu Cuesta hengkang. Apalagi namanya sudah tidak asing di telinga klub-klub Eropa.
“Senang rasanya mendengar banyak orang mengatakan bahwa diri saya bisa jadi lebih baik lagi,” aku Cuesta menjawab ketertarikan Eropa pada jasanya. Direktur Sepakbola Atletico Nacional Esteban Escobar membantah laporan itu.
Pengganti de Ligt
Foto: Blame Football
Meski ada laporan yang mengatakan Ajax sudah mengirim enam juta euro untuk Cuesta, Escobar merasa dirinya belu menerima tawaran resmi dari Belanda. “Ketika laporan itu muncul, saya sedang menyaksikan Cuesta di Piala Dunia U20,” buka Escobar.
“Jelas banyak kesebelasan yang menyaksikan Piala Dunia U20. Tapi Cuesta belum ditawar oleh siapapun. Setidaknya secara formal. Saya belum mendapatkan proposal apapun dari siapapun,” aku Escobar.
Menurut laporan Voetbal Zone pada 12 Juni 2019, Direktur Olahraga Ajax Marc Overmars baru akan berangkat ke Medelin untuk membicarakan ketertarikan de Godenzonen kepada Cuesta. Seiring dengan semakin kencangnya rumor kepergian Matthijs de Ligt ke PSG.
Ajax dan de Ligt disebut sudah mempertimbangkan tawaran 70 juta euro PSG. Dengan Guardian menyebut gaji 830 ribu euro menunggu kapten Ajax itu di Parc des Princes. Tak seperti saat Lisandro Martinez dan Kik Pierie mendarat di Johan Cruyff Arena, mungkin saat ini Overmars benar-benar mencari pengganti de Ligt.
Apalagi jika mengingat de Ligt baru menjadi pilihan utama Ajax setelah Sanchez hengkang ke Tottenham Hotspur di musim panas 2017. Mengganti jasanya dengan seorang pemain yang disebut sebagai ‘penerus Sanchez’ adalah hal masuk akal untuk Ajax. Tapi yang jelas jadi atau tidaknya Ajax mendaratkan Cuesta, bek kelahiran 9 Maret 1999 ini layak untuk perhatikan.