Dilema Davis dan Egy: Antara Karier dan Tugas Negara

Kick-off Premier League 2018/2019 sudah di depan mata. Tiap kesebelasan bersiap untuk menghadapi musim terbaru mereka. Fulham, tim promosi asal London juga tidak berbeda. Mereka bahkan aktif mewarnai bursa transfer musim panas kali ini. Senilai 34 juta Euro telah Fulham keluarkan untuk dua pemain. Jean Michael Seri dan Maxime Le Marchand dari OGC Nice.

Bukan hanya menyodorkan kontrak ke wajah baru, Slavisa Jokanovic juga menjamin masa depan tim. Ia memberikan kontrak kepada pemain akademi Fulham, Benjamin Davis. Nama gelandang 17 tahun itu memang mirip dengan pemain Tottenham, Ben Davies, tapi dia berasal dari Singapura. Bukan Wales. Dia adalah pemain Singapura pertama yang mendapatkan kontrak profesional dari kesebelasan Premier League.

Sayangnya, mimpi Davis tengah terancam. Kementerian Pertahanan Singapura menolak permohonan Davis untuk tidak mengikuti wajib militer.

Baca juga: Fulham yang Berpotensi Mengejutkan di Premier League Musim Ini

“Semua pria Singapura wajib melakukan tugas negara. Mereka harus dapat menaruh keinginan pribadi di bawah tugas negara. Tidak adil jika kami menyetujui permohonan seseorang karena keinginan pribadi mereka,” jelas Kementerian Pertahanan Singapura.

Walaupun begitu, mereka sebelumnya pernah memberi pengecualian untuk atlet. Tapi itu hanya karena mereka bermain untuk tim nasional dan di kompetisi besar layaknya olimpiade. Bukan karena bermain di Liga Premier.

“Kami tahu Davis ingin bermain di Liga Premier. Sepak bola Inggris memang populer di Singapura. Namun kami tidak bisa memberikan pengecualian hanya karena dia bermain di sana,” lanjut Kementerian Pertahanan Singapura seperti dikutip Asia News Channel.

Hingga kini belum ada keputusan akhir tentang masa depan Davis. Namun Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS) mendukung Davis agar lepas dari wajib militer. “Kami mendukung setiap warga Singapura untuk bermain di level tertinggi. Dengan Davis bermain di Inggris, ia juga mengharumkan nama bangsa. Kami akan berusaha untuk mencari titik tengah tentang hal ini,” kata FAS dalam pernyataan resmi mereka.

Baca juga: Ambisi Besar Slavisa Jokanovic bersama Fulham

Tidak Bisa Ditinggalkan

Permintaan Davis tak lepas dari keputusan pemerintah untuk memberi waktu kepada Joseph Schooling. Joseph Schooling ada atlet renang Singapura yang berhasil meraih medali emas di Olimpiade 2016. Kini dirinya mendapat pengecualian. Schooling tidak akan dipanggil untuk melayani negara di luar kolam hingga Olimpiade 2020.

Keputusan itulah yang membuat Davis masih berusaha untuk lepas dari tugasnya. Tapi, Davis baru mendapat kontrak dari tim promosi. Sementara Schooling sudah memberi medali emas untuk Singapura.

Sekalipun Schooling mendapat pengecualian, ia tetap harus menjalani tugas negara setelah olimpiade. Hal seperti tidak bisa ditinggalkan. Bukan hanya di Singapura, tapi juga beberapa negara lain yang memiliki kewajiban serupa untuk warganya.

Penyerang Tottenham, Son Heung-Min merupakan salah satu contoh. Son baru saja menandatangani kontrak jangka panjang dengan Tottenham. Akan tetapi, dirinya kini dihantui oleh wajib militer dari Korea Selatan. Son bahkan dipanggil ke tim Asian Games demi bisa melepas tugas tersebut.

Singapura memiliki ketentuan yang mirip dengan Korea Selatan untuk lepas dari tugas negara. Davis dan Son harus memberikan medali kepada negaranya atau dipanggil ke turnamen besar di tengah tugas. Dengan begitu mereka bisa libur dari tugas negara.

Son gagal berprestasi di Piala Dunia 2018. Meski membantu Korea Selatan menang dari Jerman, itu tidak mendapatkan medali. Kini ia mencari medali di Asian Games. Apabila gagal, ia harus absen dari Tottenham untuk menjalani wajib militer.

Son punya satu cara lain untuk lepas dari tugas tersebut yaitu membela klub milik pertahanan negara di liga Korea Selatan. Tapi sebelum bermain di sana, ia harus satu musim terlebih dahulu di divisi sepak bola Korea Selatan.

Davis juga bisa lepas dari tugas negaranya jika ia membela Warrior FC. Namun, kini meski membela Warrior, Davis tidak bisa lepas begitu saja dari tugas negara. Menurut Four Four Two hal ini dikarenakan banyak pesepakbola yang menggunakan statusnya sebagai pemain Warrior untuk mangkir dari tugas.

Baca juga: Para Pengabdi Setan Merah Timnas Korea Selatan

Kabur ke Negara Lain

Status Davis saat ini masih terdaftar di Kementerian Pertahanan Singapura, tapi dia bisa melepas kewarganegaraanya demi Fulham. Davis memang terdaftar sebagai penduduk Singapura, tapi ia juga bisa memiliki paspor Inggris atau Thailand. Davis memiliki darah Inggris dari ayahnya. Ia juga lahir di Thailand. Sang Ayah bahkan siap membantu Davis mendapatkan paspor lain demi Fulham.

Akan tetapi, Davis adalah aset tim nasional Singapura. Itu mengapa FAS mendukung karir Davis dibandingkan kementerian pertahanan. Dia bahkan sudah dipanggil ke tim nasional. Dirinya membela tim nasional Singapura sejak U-14. Davis bahkan sudah ada di skuad tim senior Singapura, menjalani kualifikasi Piala Asia lawan Tionghoa Taipei.

Jika Davis melepas paspor Singapura, ini akan dianggap jadi bumerang bagi Singapura. Danisha Hakeem dari The Online Citizen menulis bahwa penolakan kepada permintaan Davis bisa berpengaruh buruk terhadap ribuan warga Singapura. “Keputus yang diambil kementerian pertahanan tidak hanya merusak mimpi Davis. Tapi juga ribuan warga yang ingin sepak bola Singapura maju,” tulisnya.

Itu didasari dari pendapat pengusaha teknologi, Hazrul Azhar Jamari tentang Davis. “Ia bisa membela tiga negara. Tidak banyak pemuda Singapura yang bisa bermain di level tinggi seperti Liga Premier. Saya rasa ini layak ditinjau secara khusus. Nantinya saat ia berusia 19 atau 20 tahun, Davis masih bisa menjalani tugas negara,” kata Hazrul.

Andai pada akhirnya Davis memutuskan untuk hengkang, Singapura akan kehilangan satu talenta mereka. Ini adalah sesuatu yang harus mendapatkan perhatian dari kubu pemerintah. Ada peluang sepakbola Singapura merasakan apa yang dirasakan bulu tangkis Indonesia.

“Jika pemerintah atau pihak-pihak terkait tidak bisa memberi penghargaan pada atlet. Keinginan untuk pindah negara itu bisa terus berlangsung,” kata Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto dua tahun lalu.

Singapura bisa kehilangan satu talenta mereka jika tidak mendapat dukungan. Satu, tapi memiliki berpotensi diikuti oleh talenta-talenta lain yang terbentur masalah serupa.

Baca juga: Piala Dunia 1966: Milik Pickles, Korea Utara, dan Geoff Hurst

Davis Perlu Sadar Diri

Meski bermain di Liga Premier merupakan sebuah mimpi yang jadi kenyataan, Davis juga perlu sadar diri. Dirinya baru mendapatkan kontrak profesional selama dua tahun. Apa yang diberikan Fulham tidak lebih dari jaminan masa depan. Bukan jaminan jam terbang.

Banyak pemain muda Chelsea atau Manchester City yang diberikan kontrak serupa tapi tak pernah mendapat tempat di tim utama. Mereka harus rela bermain di tim cadangan atau dipinjamkan ke klub lain. Kontrak profesional bukan garasi main. Melainkan awal karir mereka di klub.

Baca juga: Mesut Ozil dan Batas Perilaku Rasis yang Samar

Hingga saat ini, Fulham sendiri belum memberi respon tentang masalah Davis. Entah itu bisa menjadi gambaran bagaimana Davis dipandang klubnya atau tidak. Tapi sebaiknya dia segera menjalani tugas negara. Jangan sampai mengalami nasib seperti Son.

Son telah memiliki status sebagai salah satu impor terbaik Asia yang pernah dirasakan Eropa. Tapi kini ia kebingungan mencari cara untuk lepas dari wajib militer. Andai gagal di Asian Games, Son bisa absen dari Tottenham dan karirnya berpeluang menurun.

Semuda mungkin, penuhi kewajiban tersebut. Setelah itu barulah fokus ke karir. Hal ini pernah dilakukan Paulo Maldini yang mengikuti militer Italia. Dia bahkan bermain dalam ajang piala dunia antar tentara.

Baca juga: Jerman Rasis, Mesut Ozil Pensiun dari Timnas

Kasus Davis semoga bisa menjadi pelajaran untuk pemuda Indonesia yang berkarir di Polandia, Egy Maulana Vikri. Kabarnya, Egy ditegur Lechia Gdansk karena membela tim nasional di luar kalender FIFA. Ia kemudian tidak masuk ke dalam skuat saat partai pembuka Ekstraklasa (21/07).

Fulham diam tentang Davis, tapi Lechia merespons keputusan Egy. Kini ia harus bisa memilih prioritasnya. Membela negara hanya di saat kalender FIFA, atau memberikan impresi buruk kepada Lechia dan mungkin kehilangan karirnya.

Terkadang, atas nama ‘patriotisme’ atau ‘nasionalisme’ pemain sering melupakan kewajibannya. Egy mungkin tidak dihalang wajib militer, akan tetapi, dirinya telah dikontrak Lechia.

Kontrak yang harus dihargai dan dipenuhi. Bukan berarti Egy harus melupakan tim nasional. Tapi gunakanlah aturan FIFA karena dia dihargai oleh klubnya.