Menjadi pemilik klub Premier League memang menjadi magnet buat para orang kaya. Mereka selain akan mendapatkan keuntungan finansial, juga mendapatkan exposure yang besar dari media.
Di bagian pertama kami membahas para pemilik dengan latar belakang sebagai pengusaha dan konglomerat. Sementara pada bagian kedua, dibahas soal latar belakang di bidang asuransi, investasi, dan keuangan.
Di bagian ketiga, para pemilik ini berasal dari pengusaha media dan juga anak orang kaya. Siapa saja mereka?
Crystal Palace: Gabungan Fans Palace Kaya dan Pebisnis Virtual
Mungkin Crystal Palace memiliki struktur kepemilikan klub yang cukup unik, dimana pada awalnya 4 (empat) fans Palace yang kaya raya bergabung dan mendirikan konsorsium yang dinamakan “CPFC 2010” untuk mengambil alih saham klub London selatan tersebut pada 2010. Mereka adalah: Steve Parish, Martin Long, Stephen Browett, dan Jeremy Hosking.
Pada 2015, pengusaha Amerika Serikat. Josh Harris dan David Blitzer membeli 18 persen saham dari keseluruhan saham. Di 2021 lalu, pebisnis Amerika lain, David Textor membeli 40 persen saham Palace.
Textor sebelumnya dikenal sebagai “Hollywood’s Virtual Reality Guru” berkat kepiawaiannya dalam menciptakan pertunjukan virtual seperti raper legendaris Tupac dan juga Michael Jackson. Mantan pemain skateboard tersebut sekarang memiliki juga saham di kesebelasan Serie-A Brasil, Botafogo, dan juga OL Grouppe (Olympique Lyonnaise, OL Feminin, OL Reign)
Liverpool: Dari kacang kedelai hingga raja tayangan komersial
Masuknya investasi dari Fenway Sports Group ke Liverpool pada 2010 memunculkan harapan akan kebangkitan The Reds di kancah domestik maupun Eropa. FSG kala itu membeli saham Liverpool senilai 300 juta Paun.
FSG yang sebelumnya dikenal publik sebagai pemilik klub MLB Boston Red Sox ini dimiliki oleh dua orang bilyuner yakni John W. Henry dan Thomas Werner. Tom yang juga menjabat sebagai chairman Liverpool ini memiliki latar belakang di dunia media. Lulusan Harvard University ini awalnya bekerja di stasiun televisi ABC-TV, sebelum akhirnya mendirikan rumah produksi The Carsey-Werner Company yang mengantarkannya kepada kekayaan.
Sementara itu, John W. Henry tumbuh dalam keluarga pedesaan dan, setelah mengembangkan minat pada komoditas pertanian seperti kacang kedelai, menghasilkan uang di bidang keuangan. Dia mendirikan JW Henry & Co pada tahun 1981 setelah merancang “sistem perdagangan mekanis” yang mengikuti pola dan tren harga tertentu untuk membeli dan menjual komoditas dan investasi lainnya. Perusahaan berhenti mengelola dana pada tahun 2012, lama setelah membuat Henry menjadi miliarder.
Selain Henry dan Werner, investor FSG juga terdapat bintang NBA LeBron James yang juga ikut berinvestasi sejak 2011.
Manchester City: kekayaan anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi
Pada tahun 2008, keluarga kerajaan memutuskan untuk keluar dari investasi biasa mereka dan membeli Manchester City. Sisanya adalah sejarah.
Sheikh Mansour, anggota kerajaan Abu Dhabi dan wakil perdana menteri Uni Emirat Arab adalah sosok visioner. Disaat negara-negara teluk lainnya sekarang ingin melakukan diversifikasi dari minyak dan gas, ia sudah terlebih dahulu “terjun” ke industri olahraga lewat Abu Dhabi United Group for Development and Investment (ADUG).
Dengan membiayai investasi besar-besaran di dalam maupun luar lapangan, menghasilkan gelar Premier League pertama klub pada tahun 2012, dan empat lagi setelahnya. Keambisiusan penguasa Abu Dhabi dalam bidang sepakbola juga mereka tunjukkan dengan mendirikan City Football Group –kini memiliki 12 kesebelasan di Eropa, Asia, dan Amerika.
Tetapi harus diakui, minyak masih menjadi pemasukan terbesar mereka selain investasi dalam bidang lain. Melansir Reuters, Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi (ADNOC) menghasilkan laba sekitar 802 juta Dolar Amerika di tahun 2022.
Melansir Der Spiegel, kebocoran dokumen internal menunjukkan bahwa pemerintah Abu Dhabi mengelola rekening milik ADUG, walaupun ADUG mengklaim bahwa mereka tidak memiliki keterkaitan.
Gelontoran uang yang mereka keluarkan akhirnya berakhir manis setelah memastikan impian mereka selama ini: gelar Liga Champions pertama sepanjang sejarah yang dilengkapi dengan trofi Premier League ke-7 dan Piala FA ke-3 selama era kepemilikan Sheikh Mansour.
Newcastle United — Kekayaan kerajaan Saudi
Tak banyak cerita tentang berpindah tangannya kepemilikan kesebelasan sepakbola yang dirayakan (benar-benar sebuah pesta), salah satu diantaranya adalah Newcastle United.
Setelah memakan waktu dan drama yang kabarnya melibatkan seorang Perdana Menteri Inggris untuk “turun tangan”, pada Oktober 2021 Yayasan Investasi Publik Kerajaan Arab Saudi (PIF) mengambil alih mayoritas kepemilikan saham klub berjuluk The Magpies. PIF yang dipimpin oleh penguasa de facto Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman menjadikan Newcastle sebagai klub terkaya di dunia dengan kekayaan 620 biliun Dolar Amerika.
Mengenai dari mana uang itu berasal, jawabannya, seperti halnya Manchester City, ada di bawah tanah: cadangan minyak bumi.
PIF telah banyak berinvestasi di banyak perusahaan, namun kepemilikan atas Newcastle adalah sesuatu yang melampaui investasi keuangan biasa. Media di Eropa melabeli ini dengan istilah sportwashing. Selepas kepemilikan Saudi, Newcastle telah memasukkan warna hijau Arab Saudi ke dalam seragam tandang mereka. Newcastle juga dikabarkan akan menjadi tuan rumah pertandingan persahabatan untuk timnas Saudi kontra Meksiko di St James ‘Park pada September mendatang.
Nottingham Forest: raja perkapalan Yunani
Pada musim panas 2017, pengusaha Yunani Evangelos Marinakis membeli Forest dari keluarga Al-Hasawi yang pada awalnya digadang-gadang sebagai “orang kaya” dari Kuwait. Selama kurang lebih 6 tahun kepemilikan Al-Hasawi, prestasi The Reds jauh dari kata membanggakan.
Di era baru Marinakis, ternyata Forest tampil mengejutkan: berhasil promosi secara dramatis ke Premier League dan mampu bertahan secara mengejutkan di musim comeback-nya dengan belanja pemain gila-gilaan.
Adapun dari mana semua uang itu berasal, jawabannya adalah: Kapal.
Marinakis pindah ke industri keluarga dengan mendirikan Capital Maritime & Trading Corporation, yang memiliki lusinan kapal tanker serta kapal kontainer.
Pengusaha berusia 55 tahun tersebut terus mengembangkan bisnisnya, mengakuisisi perusahaan lain Dia juga memiliki beberapa saluran TV, memiliki investasi di dunia media dan entertainment. Ia juga terjun ke kancah politik Yunani dengan menjadi anggota dewan kota Piraeus, tempat ia tumbuh dan dibesarkan.
Di Yunani, ia dikenal publik sebagai pemilik kesebelasan paling sukses di Yunani, Olimpiakos dengan 46 gelar liga domestik.
Sheffield United: pabrik tisu kerajaan Saudi
Ketika Pangeran Abdullah bin Mosa’ad bin Abdulaziz Al Saud membeli klub tersebut pada 2013, Sheffield United berkutat di kompetisi League One, tingkat ketiga sepak bola Inggris. Sempat bersinar di bawah nakhoda Chris Wilder dengan mencatatkan 2 kali promosi dalam 3 musim, klub yang bermarkas di Brammal Lane tersebut akhirnya terdegradasi. Musim depan akan menjadi musim comeback bagi mereka.
Cucu dari pendiri Saudi Arabia, Raja Abdul Aziz Al Saud ini awalnya membeli 50 persen klub dari pengusaha lokal, Kevin McCabe pada 2013 saat Sheffield berada di Divisi League One. Enam tahun kemudian, Abdullah mengambil kepemilikan penuh saham klub setelah memenangkan sengketa kepemilikan klub lewat keputusan Mahkamah Tinggi Britania.
Adapun sala satu bisnis yang banyak menyumbangkan pundi-pundi bagi Abdullah adalah bisnis yang terkait dengan kerajaan. Dalam hal ini, bisnisnya adalah Perusahaan Manufaktur Kertas Saudi (SPM) yang membuat aneka ragam tisu: tisu toilet, tisu wajah, dan tisu dapur di pabrik-pabrik besar di sana dan negara-negara tetangganya seperti UEA dan Kuwait. Perusahaan ini juga mengekspor kertas dan tisu ke benua Afrika.
Selain The Blades, Pangeran Abdullah memiliki United World (semacam City Football Group versi dia sendiri) yang terdiri dari Beerschot (Belgia), Kerala United (India), Al-Hilal United (Uni Emirat Arab) dan klub divisi ketiga Prancis, Chateauroux (dibaca: satoru).
West Ham United: majalah dewasa, mainan dewasa, dan properti
West Ham adalah usaha patungan sepak bola kedua David Gold dan David Sullivan. Kedua pria itu memiliki Birmingham City antara 1993 dan 2009, akhirnya menjualnya ke pengusaha Hong Kong, Carson Yeung. Duo ini memilih sebagai direktur pelaksana mereka Karren Brady, yang saat itu baru berusia 23 tahun dan pada saat itu seorang wanita yang sangat langka dalam peran kunci di klub Inggris. Brady mengikuti “duo David” itu ke West Ham, dan digambarkan sebagai “penegak” mereka.
Apakah bisnis yang menghasilkan uang bagi Sullivan dan Gold? Sullivan dikenal publik sebagai produsen foto porno, majalah dewasa, hingga memiliki memproduksi film dewasa dan menguasai setengah dari pasar majalah dewasa Inggris pada pertengahan 1970-an. Karena bisnis tersebut, Sullivan sudah menjadi milyarder sejak usia 25 tahun.
Sementara itu, Gold –yang meningal dunia pada 2021– memiliki Ann Summers, jaringan toko sex toys yang merupakan salah satu yang terbesar di Eropa. Keduanya menjadi mitra dan meluncurkan Sunday Sport, sebuah tabloid yang terkenal dengan foto-foto model topless. Walaupun kini, Sullivan lebih banyak mendapatkan pundi-pundi dari bisnis properti.
Pada November 2021, Gold dan Sullivan mengumumkan bahwa mereka telah menjual 27 persen saham klub ke nama baru, Daniel Kretinsky. Pengusaha dan lawyer asal Ceko tersebut dikenal berkat kepemilikannya di EPH, perusahaan energi terbesar di Eropa Tengah.
Sumber: The Athletic, ESPN, The Guardian, Forbes, FootballLeagueWorld.co.uk