Jika membaca bagian tulisan sebelumnya, memang sulit menemukan satu kepala di sekitar mentalitas berbagai kelompok ultras Juventus ini. Kelompok-kelompok pendukung Juventus memiliki dan selalu memperlihatkan semangat yang tak tergoyahkan. Semangat itu diperlihatkan untuk satu kesebelasan saja meskipun pergerakan mereka cukup ekstrem dibatasi klubnya.
Ultras Juventus memang piawai menciptakan atmosfer yang berwarna meski setiap kelompoknnya membanggakan spanduknya sendiri-sendiri. Inilah yang membuat terciptanya koreografi yang begitu bersemangat dan multi-aspek. Adanya berbagai kelompok itu juga yang membuat jarang ada kursi yang kosong pada setiap pertandingan Juventus.
“Juventus adalah tim yang menyatukan semua orang dari (kaum) intelektual hingga pekerja. Ini adalah tim universal. Sepakbola dan kemudian ada fans, penggemar sejati, dari Sisilia ke Lembah Aosta. Ada sebelas jutaan dari kita,” ujar Darwin Pastorin, salah satu penulis sepakbola terkenal di Italia, seperti dikutip dari Beyond the Field of Play.
Meskipun tidak segalak kelompok lain, ultras Juventus beberapa kali melakukan aksi kekerasan kepada lawannya. Seperti kepada bus tim yang membawa staf AC Milan pada akhir Maret lalu. Bus itu sedang berhenti di lampu lalu lintas di kawasan Corso Scirea yang tidak jauh dari Stadion Allianz.
Kemudian empat orang ultras Juventus yang menutupi wajanya menyerang bus tersebut. Serangan itu membuat jendela sisi kanan bus berukuran tiga perempat itu hancur setelah dipukul memakai batang besi. Beruntung tidak ada staf Milan yang cedera akibat serangan tersebut.
https://twitter.com/GrimandiTweets/status/980144158030606336?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E980144158030606336&ref_url=https%3A%2F%2Fgilabola.com%2Fitalia%2Flihat-bus-ac-milan-dihajar-empat-fans-ultras-juventus%2F
Ultras Juventus juga cukup kritis terhadap klubnya sendiri. Seperti ketika ratusan pendukung Juventus menyambut Cristiano Ronaldo di Turin. Ketika ratusan tifosi itu rela menerjang suhu yang sangat tinggi untuk menyambut superstar asal Portugal tersebut. Bahkan sampai harus bersitegang dengan pasukan keamanan hanya ingin sekadar melihat sekilas, mengambil foto, atau mendapatkan tanda tangan.
Tapi bergabungnya Ronaldo ke Juventus membuat harga tiket laga tandang pun dinaikkan. Seperti Parma yang baru promosi ke Serie-A musim ini. Klub itu menuntut para pendukungnya untuk membeli tiket melawan Juventus dengan harga 187 euro. Biasanya, pertandingan lain cuma seharga dari 25 sampai 162 euro.
Kebijakan itu juga dilakukan beberapa kesebelasan Serie-A 2018/2019 lainnya. Hal itu yang membuat ultras Juventus di curva sud memutuskan tidak akan mengikuti pertandingan pertamanya di kandang Chievo Verona.
“Sepakbola harusnya menjadi olahraga bagi rakyat. Itu sebabnya kami tidak akan bermain di Verona,” tulis mereka di sebuah dinding sebagai bentuk protes.
Ultras protest:"Curva Bayern: 140€ for the season ticket, megaphones drums and 1000 flags. You can be at the top while respecting the fans!" pic.twitter.com/7HKXRwriwa
— Around Turin (@AroundTurin) June 22, 2017
Pada musim lalu pun ultras Juventus melakukan protes terhadap kebijakan klub yang menaikan harga tike termurah di tribun selatan dan utara stadion Allianz. Harga 445 euro pada musim sebelumnya, dinaikan menjadi 495 euro.
Kenaikan harga tiket yang diterapkan Juventus karena re-branding yang dilakukan kepada Stadion Allianz yang sebelumnya bernama Stadion Juventus. Kemudian ultras Juventus membuat spanduk khusus yang kemudian ditempel pada pagar luar Stadion Allianz pada 23 Juni 2017.
“Curva Bayern 140 euro untuk tiket dengan diperbolehkan membawa drum megafon dan 1000 bendera. Anda bisa ada di puncak dengan menghormati suporter Anda!,” tulisan pada spanduk yang dibuat para ultras Juventus tersebut.
Cara Juventus Menekan Kekerasan
Juventus memiliki alasan khusus ingin menghentikan kekerasan melalui pembangunan Stadion Allianz yang berkapasitas 41.000 tempat duduk tersebut. Sekaligus menjadikan Juventus menjadi satu dari tiga klub Italia yang punya stadion sendiri. Sementara kebanyakan sisanya berkandang di stadion milik pemerintah daerah.
Jelas stadion baru memberikan penghasilan sangat besar dan keamanan yang semakin canggih. Ada begitu banyak uang yang dipertaruhkan karena hirarki klub tidak menginginkan adanya denda atau pengurangan poin akibat perilaku ultras mereka.
Baca juga: Ultras Juventus: Adu Kuasa Dapatkan Pengaruh di Tribun
Eselon Juventus pun harus mencapai kompromi dengan pendukung garis keras mereka. Itu adalah kompromi yang nantinya menjadi subjek penyelidikan polisi. Hubungan Juventus dengan ultrasnya bukanlah konfrotasi terbuka, melainkan kompromi rahasia.
“Kompromi antara Juventus dan ultras hanyalah kompromi antara aturan dan kenyataan,” ujar Michele Galasso, salah satu pemimpin ultra yang berprofesi sebagia pengacara.
Kepala penjualan tiket Juventus, Stefano Merulla, mengakui bahwa klub menyediakan ratusan tiket pertandingan. Tiket sejumlah itu diberikan kepada setiap pemimpin kelompok ultras Juventus yang berbeda. Pemberian itu adalah imbalan atas perilaku yang baik di stadion. Tapi jelas bahwa menjual lebih dari empat tiket kepada siapapun itu bertentangan dengan aturan.
Baca juga: Cerita Menarik dari Juventus Stadium
Bahkan ada beberapa laporan di mana ultras Juventus mengancam klub dengan kekerasan jika tidak diberikan jatah tiket pertandingan. Maka dari itu pihak klub sering mendistribusikan tiket kepada kelompok-kelompok ultras Juventus dalam upaya memadamkan kerusuhan.
Sementara pihak klub dengan keras membantah melakukan kesalahan. Seperti pernyataan resmi klub yang dikutip dari The Guardian, “Tidak ada manajer atau karyawan Juventus yang sedang diselidiki. Dan mereka yang didengar oleh otoritas peradilan dipanggils ebagai saksi. Perlu dicatat juga bahwa Juvnetus yang muncul dari investigasi selalu sepenuhnya bekerja sama dengan lembaga penegak hukum,” tulis pernyataan Juventus tersebut.
Sebetulnya tidak menjadi masalah besar bagi klub untuk menyumbangkan tiket ke grup pendukungnya. Tapi dalam kasus Juventus, Federasi Sepakbola Italia (FIGC) memutuskan sejumlah besar tiket yang diberikan dalam jangka waktu yang lama itu telah melanggar aturan kontribusi. Hal itu karena penjualan tiket dari ultras digunakan untuk membiayai operasi kriminal Ndragheta.
Ndragheta adalah mafia yang terkenal dari Calabria. Sementara Andrea Agnelli, Presiden Juventus, sempat diselidiki FIGC karena diduga rutin beruhubungan dengan beberapa ultras Juventus yang punya hubungan mafia.
“Ndragheta telah memaksakan dirinya dalam kelompok yang terorganisir, melakukan kontrol yang nyata atas grup (ultras) yang mendukung Juventus,” ujar Hakim Giacomo Marson, seperti dikutip dari i sports.
Agnellli pun diberikan hukuman FIGC karena menjual tiket musiman kepada mafia melalui sekelompok ultras Juventus. Hukuman yang diberikan kepada Agnelli adalah larangan berkegiatan dalam sepakbola Italia selama satu tahun. Hukuman ini sejatinya lebih rendah dari tuntutan Giuseppe Pecoraro, Jaksa Penuntut Umum, yaitu dua setengah tahun dan denda 50 ribu euro.
Tuntutan lainnya juga agar dua pertandingan kandang tanpa penonton. Serta satu pertandingan tanpa dihadiri kelompok ultras di curva sud. Padahal Agnelli telah mengakui melakukan pertemuan dengan Rocco Dominello, seorang ultras Juventus yang merupakan bagian dari Ndragnheta yang diselidiki karena melakukan scalping. Tapi dengan denda 300 ribu euro. Agnelli tidak tinggal diam dengan melakukan banding. Apalagi ia baru terpilih sebagai ketua asosiasi klub sepakbola di Eropa.
“Terkait putusan dari Pengadilan Nasional FIGC hari ini, Juvenuts Football Club mengajukan banding dengan keyakinan klub berada di sisi yang benar. Sebuah fakta yang harus diakui dengan benar,” situs resmi Juventus.
Jaksa Pecoraro tidak setuju dengan keputusan yang dibuat FIGC. “Saya sebagian puas karena kami dapat membuktikan kesalahan semua orang yang terlibat. Tapi temuan itu sangat serius sehingga menurut saya, mereka seharusnya dihukum lebih banyak. Jadi kami akan naik banding. Saya pikir pergi ke pengadilan lain akan berguna, mengingat mereka pergi ke kejahatan terorganisir dan itu sangat serius,” ujarnya i sports.
Sumber: Express, Forza Juventus