Konsistensi, Kelebihan yang Dimiliki PSM (Juga Persija)

Foto: Liga-Indonesia.id

Konsistensi, dalam sebuah kompetisi berformat liga, adalah hal yang mesti dimiliki sebuah kesebelasan, apalagi jika mereka ingin menjadi juara. Inkonsisten sedikit saja, maka gelar juara bisa hilang dari genggaman. Hal tersebut-lah, kini, yang dimiliki oleh PSM, juga Persija.

Terlepas dari segala desas-desus dan kecurigaan mengenai sepakbola Indonesia, tak bisa dimungkiri bahwa PSM dan Persija adalah dua kesebelasan yang sedang menghuni papan atas klasemen Go-Jek Liga 1 2018. Sampai pekan ke-33, keduanya menjadi dua kandidat terkuat peraih gelar Liga 1 2018, gelar yang musim lalu sukses disabet Bhayangkara FC.

Setelah dua hasil yang berbeda di pekan ke-33, keadaan berbalik. Jika kemarin PSM yang ada di atas, sekarang, Persija sukses mengkudeta PSM karena berhasil memenangi laga tandang menghadapi Bali United di pekan 33. PSM sendiri, saat bertandang ke markas Bhayangkara FC, hanya meraih hasil imbang 0-0. Poin 59 yang dimiliki Persija, unggul 1 poin dengan total poin 58 yang dimiliki PSM.

Sekarang, pekan ke-34 sudah menanti. Di pekan tersebut, siapa yang akan menjadi juara segera ditentukan. Peluang kedua tim masih terbuka, dan sebelum kompetisi Liga 1 2018 usai, mari kita menelisik sejenak, apa keunggulan PSM dan Persija sehingga mereka, sejauh ini, mampu menjadi salah dua klub yang berpotensi besar meraih gelar juara.

Apakah karena mafia (eh?)? Atau memang murni karena konsistensi yang mereka pertahankan sejak beberapa musim terakhir?

Baca juga: Saling Curiga di Sepakbola Indonesia

PSM, Sudah Konsisten Sejak 2016 Silam

Menyoal permainan, PSM adalah tim yang konsisten dalam tiga musim terakhir. Konsistensi mereka ini bermula sejak Robert Rene Alberts diangkat menjadi pelatih sejak pertengahan musim Indonesia Soccer Championship 2016, menggantikan Luciano Leandro yang dianggap tidak becus menangani PSM.

Dari sinilah, Alberts mengangkat performa PSM secara menyeluruh. ‘Juku Eja’ yang semula berada di posisi bawah, langsung melesat naik ke posisi keenam klasemen akhir ISC A 2016 dengan raihan 54 poin, hasil dari 16 kali menang, 6 kali imbang, dan 12 kali kalah. Setidaknya, di awal musimnya, Alberts sudah mengembalikan muruah PSM sebagai salah satu tim besar di Indonesia.

Namun, yang dilakukan oleh pelatih berkebangsaan Belanda itu tidak hanya sampai situ saja. Pada 2016, dia berhasil meletakkan dasar permainan PSM lewat skema 4-2-3-1 yang biasa dia pakai. Berpusat di sosok Willem Jan Pluim yang dibebani peran bebas di lini kedua, PSM mulai menunjukkan taji pada Liga 1 2017.

Pada ajang Liga 1 2017, PSM melalui perjalanan yang mengesankan. Sejak awal sampai tengah musim, mereka acap berada di papan atas klasemen Liga 1. Mereka tidak pernah turun, bahkan sampai papan tengah, karena grafik permainan mereka terbilang stabil. Beberapa pemain yang bertahan sejak 2016, ditambah dengan pulang kampungnya Hamka Hamzah dan Zulkifli Syukur, menambah kekuatan PSM.

Soliditas juga tampak dalam permainan mereka. Sama seperti musim 2018, mereka terus berburu gelar sampai akhir musim. Peluang baru tertutup bagi mereka setelah pada pekan 33, mereka kalah tipis 0-1 dari Bali United di Stadion Andi Mattalatta, Mattoanging. Mereka pun harus puas duduk di urutan ketiga klasemen akhir Liga 1 2017, meraih 65 poin yang merupakan hasil dari 19 kali menang, 8 kali seri, dan 7 kali kalah.

Makin sakit lagi, karena berdasarkan putusan dari AFC, mereka tidak lolos verifikasi untuk tampil di Asia (terutama karena masalah stadion). Hal itu semakin membuat apa yang diperjuangkan PSM sejak awal jadi sia-sia, karena mereka tergelincir di akhir.

Bagaimana dengan musim 2018? Selain sudah memperbaiki perkara lisensi klub AFC, mereka juga tetap mampu menjaga konsistensi sama seperti dua musim sebelumnya. Memang mereka sempat goyang di awal musim, namun, memasuki bulan Juli (setelah lebaran), mereka langsung tancap gas.

Bahkan, sejauh ini sedari Juli 2018 sampai sekarang Desember 2018, mereka baru sekali kalajh saja, yakni dari Madura United. Sisanya, mereka sukses melalui itu semua dengan kemenangan maupun hasil imbang. Akankah hal ini berbuah manis bagi mereka di akhir musim?

Sama Seperti PSM, Persija Juga Konsisten

Bukan cuma PSM, Persija juga memiliki cerita konsistensinya sendiri. Terkhusus ajang ISC A 2016, mereka memang hancur lebur karena hanya mampu menghuni peringkat 14 klasemen akhir dengan total raihan 35 poin, hasil dari 8 kaki menang, 11 kali imbang, dan 15 kali kalah.

Sama seperti PSM yang bangkit setelah berganti pelatih, Persija mulai tampil ciamik ketika Stefano “Teco” Cugurra mulai naik mengambil kursi kepelatihan Persija di awal Liga 1 2017. Keraguan sempat menyeruak karena di enam laga awal Liga 1 2017, Persija hanya mampu membukukan 1 kemenangan. Sisanya, 3 berakhir kekalahan dan 1 berakhir imbang.

Namun, perlahan Persija mulai mampu menunjukkan kekuatan mereka seiring jalannya liga. Kekuatan di lini pertahanan, dipadukan dengan padatnya lini tengah, menjadi basis dari kekuatan Persija musim 2017. Di lini depan, mereka juga berisikan pemain-pemain tangguh macam Bruno Lopes, Rudi Widodo, dan Bambang Pamungkas.

Di musim 2017, mereka mencatatkan torehan 12 laga tidak kalah di ajang liga, mulai dari pekan 6 sampai pekan 17. Bahkan, dalam empat laga yang berlangsung ketika bulan Ramadan 2017, Persija sukses mengakhiri semuanya dengan kemenangan (lawan Arema, PS TNI, Perseru, dan Sriwijaya FC). Puncaknya, Persija pun sukses mengakhiri musim 2017 di peringkat 4, menorehkan 61 poin hasil dari 17 kali menang, 10 kali imbang, dan 7 kali kalah.

Masuk musim 2018, Persija mulai lebih konsisten. Sejak awal musim, ditopang oleh rekrutan-rekrutan bermutu, mereka langsung tancap gas. Total 3 kemenangan sukses mereka bukukan dari 5 laga awal Liga 1 2018. Tapi, ujian juga sempat dirasakan Persija memasuki pertengahan sampai akhir putaran pertama Liga 1 2018. Bahkan, mereka sempat nirmenang di empat laga (pekan 14, 15, 16, plus satu laga tunda) yakni 2 kali imbang dan 2 kali kalah.

Namun, memasuki putaran kedua, Persija menunjukkan grafik yang lebih baik. Bahkan, jika dirunut dari pekan 18 sampai pekan 33 ini, hanya dua kali saja mereka menderita kekalahan, yakni dari Persib Bandung dan Persebaya Surabaya (unik juga ya). Sisanya, mereka berhasil menorehkan 10 kali menang dan 4 kali imbang.

Sama seperti PSM yang juga membaik, Persija juga membaik. Pertanyaannya, akankah hal ini berbuah manis bagi mereka di akhir nanti?

***

Bagi sebagian orang, kini, menentukan siapa peraih gelar juara Liga 1 2018 menjadi sesuatu yang kurang menarik. Perkara pengaturan skor yang ditelurkan oleh salah satu acara stasiun televisi swasta beberapa waktu silam membuat kenikmatan memerhatikan siapa yang akan jadi juara di akhir musim Liga 1 2018 nanti berkurang drastis.

Namun, perlu dicatat bahwa PSM dan Persija, dibandingkan tim-tim lain, memang menjadi tim yang konsisten dalam dua kali perhelatan ajang Liga 1 sejak 2017 silam. Keduanya konsisten berada di papan atas, dan penampilan mereka juga menunjukkan grafik yang baik dari pekan ke pekan.

Terlepas dari adanya isu mafia atau pengaturan skor (yang mungkin memang benar adanya), kita mesti mengapresiasi PSM dan Persija pada 2018 ini. Kenapa? Silakan saja Anda simak catatan mereka, jika paparan di atas belum meyakinkan Anda dan pikiran Anda sudah penuh oleh mafia.

Baca juga: Wartawan Baik Membela Edy Rahmayadi