Patrich Wanggai, Belajarlah dari Ardi Idrus!

“Itu hak mereka untuk menilai apapun, yang penting saya dan tim tahu, kalau saya ada masalah sama tim ini tidak mungkin tim sampai mau saya kembali. Harus siap membuktikan. Itu tes mental.”

Kutipan di atas, dilansir laman Simamaung, merupakan kutipan yang terlontar dari mulut Patrich Wanggai kala dia resmi direkrut oleh Persib. Selama enam bulan ke depan, setidaknya sampai akhir musim nanti, pemain yang pernah membela Timnas U-23 di era Rahmad Darmawan tersebut akan berseragam biru Persib.

Berseragam Persib, bagi pemain manapun, bukanlah perkara mudah. Ketika seorang pemain memutuskan untuk menerima pinangan Persib, tidak hanya beban prestasi yang tersemat di pundak mereka. Ada satu hal yang harus mereka lakukan, dan hal ini biasanya akan menjadi faktor bertahan lama atau tidaknya seorang pemain di Persib: kepercayaan “bobotoh”.

Seperti halnya tim-tim besar lain di Indonesia, Persib punya basis pendukung yang besar bernama “bobotoh”. Besarnya “bobotoh” ini bisa dilihat jika kita membedah firma (kelompok) mereka satu per satu, mulai dari Viking (terdiri dari beberapa distrik, tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia), Bomber (penguasan tribun selatan Stadion Gelora Bandung Lautan Apik/ Si Jalak Harupat), serta kelompok suporter bergaya casual bernama Flower’s City Casual (belakangan, ada kabar bahwa firma ini sudah bubar).

Dari pendedahan di atas, bisa dibayangkan betapa besarnya pengaruh dari suara Bobotoh terhadap keberadaan pemain di tim Persib. Sekali bikin masalah dengan Bobotoh, maka bisa dipastikan seorang pemain akan bernasib seumur jagung di Persib. Namun, sekali meraih cinta dari Bobotoh, meski tidak membela tim dalam waktu lama, namanya akan bergaung dan dikenang di hati.

Wanggai memang bukan sosok buruk. Selain prestasi mentereng yang pernah dia torehkan bersama Timnas U-23, ketika membela Persidafon Dafonsoro, pemain ini sukses mencatatkan penampilan impresif. Torehan 14 gol di Persidafon pada gelaran Liga Super Indonesia musim 2011/2012, serta catatan 12 gol bersama Persipura di ajang Liga Super Indonesia 2013 menjadi bukti dari ketajaman Wanggai.

Namun, Bobotoh tampaknya punya alasan tersendiri menolak kehadiran Wanggai. Selain penampilannya yang memburuk, sejalan dengan penurunan usia yang dia alami, Wanggai dianggap memiliki perilaku buruk. Di awal musim 2018 pun, ketika dia menjalani “trial” dengan Persib, dia kabur dan membelot ke Sriwijaya FC. Di SFC, juga di Borneo FC pada Liga 1 2017 silam, torehan golnya hanya sedikit, yakni 2 (2018) dan 1 (2017) saja.

Atas dua alasan utama inilah, Bobotoh menolak kehadiran Wanggai. Sadar bahwa Bobotoh menolaknya, Wanggai mengungkapkan bahwa itu adalah tes mental untuknya. Tes mental, sebelum akhirnya dia menjadi pemain kebanggaan Bobotoh dan dapat berkontribusi baik untuk Persib Bandung.

Apa yang dialami Wanggai ini pernah dialami oleh Ardi Idrus pada awal musim 2018. Sempat ditolak, Ardi memilih diam dan membuktikan lewat permainan di atas lapangan. Bobotoh yang awalnya membencinya, akhirnya berbalik mencintai Ardi. Posisi Ardi sebagai “full-back” kiri Persib semakin mantap, menggusur Tony Sucipto yang sudah digerogoti oleh usia.

Setidaknya, Wanggai bisa belajar dari kisah Ardi Idrus ini.

Baca juga: Anomali Persib Bandung

Transfer Persib dan Pembuktian Adri Idrus

Pada awal musim Liga 1 2018, kebijakan transfer Persib sempat menuai kecaman. Tidak ada satu pun pemain bintang yang direkrut oleh tim berjuluk ‘Maung Bandung’ tersebut. Alih-alih merekrut pemain bintang, Persib justru merekrut muka-muka tua serta muka-muka yang sama sekali tidak dikenal di kancah persepak bolaan Indonesia.

Tercatat, nama Airlangga Sucipto, Eka Ramdani, Oh In-kyun, serta M, Amin Syukur Fisabillah, yang direkrut oleh Persib. Ada juga Jonathan Bauman yang direkrut dari PAE Kerkyra. Selain kelimanya, ada satu nama yang tiba-tiba mencoba peruntungan, ikut “trial”, dan akhirnya resmi direkrut Persib. Dia adalah Ardi Idrus. Ardi datang dari PSS Sleman, dan sebelum coba ke Persib, dia sudah ditolak PSMS Medan kala melakoni “trial” di sana.

Nama-nama di atas memang tampak tidak meyakinkan. Buktinya, Airlangga dan Eka tampil melempem sejauh ini bersama Persib. Fisabillah alias Sabil lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan. Meski begitu, tidak semua rekrutan itu berakhir gagal. In-kyun tampil ciamik dengan menjadi motor di lini tengah, sedangkan Bauman juga tampil apik dengan menjadi pelayan bagi Ezechiel N’Douassel. Selain keduanya, Ardi Idrus juga menjadi pemain yang tampil apik.

Baca juga: Persib dan Evolusi yang Sedang Terjadi di Dalamnya

Berbeda dengan penampilan apik In-kyun dan Bauman yang memang sesuai ekspektasi, penampilan apik Ardi di sisi kiri pertahanan Persib benar-benar di luar ekspektasi Bobotoh. Ardi, yang hanya dicap sebagai pemain level Liga 2, justru mampu tampil eksplosif dan kerap membikin “winger” kanan dari tim lawan mati kutu.

Sudah banyak pemain yang menjadi korban dari apiknya permainan Ardi ini. Yang paling kentara tentu Bayu Gatra yang pergerakannya sukses dimatikan Ardi. dalam laga melawan Madura United. Walau akhirnya Persib kalah, penampilan Ardi pantas diacungi jempol. Kedisplinan yang dia tunjukkan membuat sisi kiri pertahanan Persib steril. Malah, ada momen ketika Ardi sudah tertinggal langkah dari Bayu, dia sukses mengejar dan menghentikan dribel Bayu lewat sebuah tekel bersih.

Ardi memang menjadi sebuah kasus unik dari kebanyakan “full-back” yang sekarang muncul di Indonesia. Dia memang eksplosif, tapi eksplosifitas Ardi ini berbeda dengan sosok-sosok semisal Rezaldi Hehanusa, Firza Andika, Gavin Kwan Adsit, maupun rekan setimnya sendiri, Supardi. Eskplosifnya Ardi ini tercermin dari bagaimana apiknya dia menjaga sisi kiri Persib.

Alih-alih banyak melakukan “overlap”, Ardi merupakan bek yang jarang melakukan “overlap”. Urusan menyerang, dia serahkan kepada “winger” yang ada di depannya, seperti Ghozali Siregar maupun Febri Haryadi. Eksplosifnya Ardi tergambar dari kemampuannya dalam mematikan “winger” lawan. Dia tidak segan beradu lari dengan “winger” lawan dan baru berani maju ketika memang situasi benar-benar memungkinkan.

Permainan Ardi inilah yang mendapat apresiasi dari Bobotoh. Selain itu, Ardi juga tergolong pemain yang lurus. Dia tak pernah terlibat hal-hal aneh di luar lapangan (tidak seperti Billy Keraf yang pernah kedapatan mendekati perempuan di Instagram), serta merupakan pemain yang tidak banyak omong dan lebih senang memberikan bukti lewat permainan di atas lapangan. Sekilas, yang dia lakukan ini mirip seperti seorang Hariono, pemain yang paling digemari Bobotoh karena dedikasinya di atas lapangan.

Berkat permainan dan kepribadiannya, bukan karena faktor-faktor lain, Ardi mendapatkan cinta dari Bobotoh. Kisah Ardi ini pantas untuk ditiru pemain manapun yang baru mendarat di Persib, tak terkecuali Wanggai.

Masa Lalu Bukan Alasan Benci Dipelihara Selalu

Masa lalu memang sesuatu yang sulit untuk dilepaskan. Dia akan kerap muncul, dan mewujud menjadi sebuah penilaian terhadap diri di masa kini. Jika masa lalu buruk, di masa kini seseorang tetap bisa mencap diri sebagai pribadi buruk, meski perubahan sedang berupaya untuk dilakukan.

Wanggai memang memiliki masa lalu yang kurang baik, dan penampilannya saat ini juga sedang tidak baik. Tapi, hal itu seharusnya bukanlah halangan, karena pada dasarnya, yang akan dilihat oleh “bobotoh” tidak hanya soal masa lalu saja, tapi bagaimana prestasi Wanggai hari ini, kini, bersama Persib.

Baca juga: Kostum Liga 1 Musim 2018: Indonesia Timur Memang Seharusnya Memesona

Dia punya kemampuan dan pengalaman. Dia adalah mantan pemain Timnas U-23 Indonesia. Dia juga pernah meraih perak bersama Timnas U-23 di ajang SEA Games 2011, serta berpengalaman membela tim-tim lain, baik itu di Indonesia maupun luar negeri (Wanggai pernah main di Trengganu). Pengalaman itu yang bisa membantunya di Persib saat ini.

Selain pengalaman yang dia miliki, ada kisah Ardi Idrus yang bisa dia jadikan contoh, bagaimana caranya bertahan di Persib. Bagaimana caranya mengubah cacian yang ada menjadi pujian, bukan dengan omongan semata, tapi dengan kemampuan dan kontribusi nyata di atas lapangan. Jika dia bisa meniru kisah Ardi ini, Wanggai akan lama berseragam Persib, malah sampai masa tuanya kelak.

Yah, itu juga jika dia memang ingin lama berseragam Persib.