Donis Avdijaj, Wonderkid dengan Kesempatan Langka

Foto: Clubcall.com

Donis Avdijaj; Beberapa orang familiar dengan namanya, sebagian lainnya merasa pernah mendengar dia. Sementara sisanya, meragukan diri sendiri. Penyerang kelahiran Osnaburk, Jerman itu memang seperti sudah ada di dunia sepakbola untuk waktu yang lama. Padahal, cia lahir 25 Agustus 1996. Seangkatan dengan Giovani Lo Celso, Milot Rashica, dan Tanguy Ndombele, yang baru mencuat di 2018/2019.

Nama Avdijaj setidaknya sudah mulai dibicarakan publik pada 2013. Saat itu ia mencatat rekor sebagai pemain paling tajam dalam sejarah Bundesliga Junior (U17). Mencetak 44 gol dari 25 pertandingan bersama Schalke. Rekor yang baru bisa dipecahkan enam tahun kemudian ketika Youssoufa Moukoko mencetak 46 gol untuk Borussia Dortmund pada level yang sama.

Knappenschmiede memang dikenal memiliki akademi yang penuh dengan talenta. Julian Draxler, Mesut Ozil, Manuel Neuer, dan masih banyak lagi lahir dari sistem pembinaan di Schalke. Dengan rekor mengesankan yang dicatat Avdijaj, wajar apabila dirinya mendapat ekspektasi besar. Bukan hanya dari media tapi juga pihak klub.

“Sangat jarang bagi saya melihat pemain sekuat Donis. Bukan hanya kakinya saja yang berbahanya. Tapi juga kepalanya. Dia jelas seorang pesepakbola yang lengkap dan akan terlibat di tim utama dalam waktu dekat,” kata Direktur Schalke Horst Heldt.

Setelah mencatatkan rekor di level U17, Avdijaj dipromosikan ke tim U19. Performanya juga tetap konsisten. Meskipun tak seproduktif saat membela U17, ia tetap mencetak 17 gol dari 15 pertandingan. Total, dirinya terlibat dalam 20 gol di Bundesliga U19.

Konsistensi ini membuat Schalke berani memberikan kesempatan untuk Avdijaj bermain di level profesional. Bukan bersama Knappenschmiede, akan tetapi sebagai pemain pinjaman untuk klub Austria, Sturm Graz. Peminjaman jasa Avdijaj diresmikan setelah dirinya diikat Schalke dengan kontrak hingga 2019 di Veltins Arena.

Terburu-buru Mengicar Tempat Utama

Foto: Minuta90

Menurut bek senior Schalke, keputusan klub untuk meminjamkan Avdijaj ke Sturm Graz adalah hal yang tepat. Mengatakan juniornya butuh belajar untuk membumi sebelum jadi tumpuan klub. “Pemain-pemain muda saat ini perlu belajar rendah diri. Saya sering melihat talenta-talenta masa kini yang punya potensi dan harapan tinggi. Tapi tanpa ambisi,” kata Howedes.

Bedasarkan laporan Bleacher Report, keputusan Schalke memilih Austria sebagai tempat pembelajaran Avdijaj saat dirinya diincar klub-klub Premier League adalah sebuah langkah strategis. Bukti bahwa mereka masih ingin mempertahankan Avdijaj di Jerman. Menengok hubungan kedua liga, pemain-pemain seperti Terrence Boyd dan Kevin Kampl memang bisa kembali menjadi pemain yang lebih baik setelah bermain di Bundesliga Austria.

Menghabiskan satu setengah musim bersama Sturm Graz, Avdijaj tidak bermain buruk. Tapi tidak juga sesuai ekspektasi yang diharapkan. Ia tampil 42 kali di Bundesliga Austria dan terlibat dalam 19 gol. Bukan angka yang menakjubkan. Apalagi untuk pemain yang diikat label 50 juta euro oleh Schalke.

Foto: Zimbio

Meski demikian, Knappenschmiede tetap memberikannya kesempatan di tim senior pada paruh kedua musim 2016/2017. Sayangnya, dari sinilah performa dan label ‘wonderkid’ Avdijaj mulai memudar. Ia pun diasingkan ke Belanda karena gagal memenuhi ekspektasi.

“Kami sudah berbicara dengan Donis, dia ingin menjadi pilihan utama. Oleh karena itu, dia bisa memenuhi ambisi tersebut di luar Schalke. Ia dipersilahkan untuk cari klub yang tepat bagi dirinya,” kata CEO Schalke Christian Heidel.

Selesai menjalani masa pinjaman keduanya, kali ini bersama Roda JC di Belanda, kontrak Donis Avdijaj di Schalke tinggal tersisa satu tahun. Mereka tidak memperpanjang masa baktinya di Veltins Arena. Beruntung bagi Avdijaj, tiga gol dari 13 penampilan di Roda JC sudah cukup untuk membuat Willem II tertarik kepada dirinya.

Masih Berstatus U23

Foto: Transfermarkt

Kepada GOAL, Avdijaj pun membuka dirinya. Mengatakan ia muak mendengar laporan dari berbagai pihak tentang bagaimana dia gagal memenuhi ekspektasi di awal kariernya. “Saya lelah melihat 1.000 orang menulis hal buruk. Mereka selalu mengatakan bahwa saya sosok yang arogan. Potensi saya rusak karena ulah sendiri. Tapi mereka lupa bahwa saya tetaplah manusia,” aku Avdijaj.

Awalnya Avdijaj tampil cukup mengesankan untuk Willem. Terlibat dalam tujuh gol dari 15 laga Eredivisie. Akan tetapi, sikapnya kepada pihak klub kembali merusak diri dia sendiri. Willem mau mempertahankan jasa Avdijaj dan mengaktifkan opsi perpanjangan satu tahun yang mereka miliki. Namun, hal itu ditolak oleh Avdijaj. Ia pun diasingkan dari klub dan tak lagi terlibat sejak pekan ke-17 Eredivisie.

Sebagai pemain, Avdijaj dikenal sebagai seorang penyerang multi fungsi yang hebat dalam menggiring bola dan tajam di depan gawang lawan. Namun sebagai seorang individu, dia adalah sosok yang keras kepala.

“Sejak muda dirinya sudah memiliki sikap tersendiri. Kita ingin melihat karakter kuat di sepakbola dan Avdijaj jelas memilikinya,” kata Franco Foda yang mengasuh Avdijaj ketika membela Sturm Graz.

Sikap ini membuat klub seperti Schalke dan Willem gerah dengan ulahnya. Apalagi setelah melihat tingkat kebugaran yang minim, Willem tak ragu melepas Avdijaj dari kontraknya.

https://www.youtube.com/watch?v=TyCa4ZICqTc

Tapi dari sinilah Avdijaj jadi memiliki perbedaan dengan ‘wonderkid’ lainnya. Biasanya, ketika seorang pemuda penuh potensi gagal memenuhi ekspektasi, dalam dua atau tiga tahun ia akan dilupakan. Freddy Adu, Adam Maher, dan banyak contoh yang bisa disebut terkait hal ini.

Namun, Avdijaj masih menjadi incaran Arsenal dan Juventus. Ia mungkin sudah malang-melintang dan jauh dari masa-masa kejayaannya. Akan tetapi, dirinya baru akan berusia 23 tahun pada Agustus 2019. Membuat masa depannya masih panjang. Sedikit wonderkid yang bisa merasakan hal ini.

Bagi Arsenal dan Juventus, berjudi dengan mengontrak Avdijaj juga tidak akan merugikan klub. Setidaknya dia didatangkan dengan cuma-cuma. Mereka tidak harus membayar 50 juta euro kepada Schalke seperti empat tahun lalu.