Sejak Manchester City meresmikan kompleks akademi megah mereka di 2014, berbagai talenta muda dari penjuru dunia datang membela the Citizens. Florian Lejeune (Prancis), Gerónimo Rulli (Argentina), Aaron Mooy (Australia) dan lain-lain diboyong dari berbagai kesebelasan di luar Inggris.
Kehadiran pemain-pemain muda ini tentu awalnya disambut secara baik. Dengan begini, ada peluang bahwa Manchester City tidak harus boros di masa depan. Hasilnya pun mulai terlihat. Meski tidak semuanya mendapatkan tempat di tim utama Citizens, pemain seperti Oleksandr Zinchenko berhasil membuktikan kualitasnya dan diorbitkan oleh Pep Guardiola.
Zinchenko bukanlah pemain asli Manchester City. Sama seperti Rulli, Mooy, dan Lejuene, dirinya diboyong dari luar Inggris. Lebih tepatnya kesebelasan asal Rusia, FC Ufa. Setelah menjalani masa pinjaman di PSV Eindhoven, Zinchenko mulai bermain bersama Vincent Kompany dan kawan-kawan di lini belakang Manchester City.
Tren ini mungkin akan terus berlanjut dengan nama Eric Garcia sudah mulai beredar di tim senior dan digadang-gadang akan jadi pengganti Kompany di masa depan. Tapi, kehadiran berbagai talenta muda dari segala penjuru juga juga memberi dampak negatif ke pemain-pemain akademi yang sudah ada di Manchester City sebelum kompleks baru the Citizens diresmikan. Bek Belgia, Jason Denayer adalah contohnya.
114 – Jason Denayer has succeed each of his 114 passes against Angers. This is the first time a player has made so many passes in the same game in the top 5 European leagues without missing one since Opta analyzed all these competitions (2006/07). Insurance. #OLSCO pic.twitter.com/NvdrE9rTfI
— OptaJean (@OptaJean) August 16, 2019
Nama Denayer berhasil menjadi buah bibir di pekan kedua Ligue 1 2019/2020. Memimpin Olympique Lyon menghadapi SCO Angers, Denayer sukses mencatatkan 114 operan akurat sepanjang pertandingan. Itu merupakan jumlah terbanyak yang dicatatkan seorang pemain di lima liga ternama Eropa (Premier League, La Liga, Serie-A, 1.Bundesliga, Ligue 1) sejak Opta mulai melakukan analisis mereka pada 2006/2007.
Tapi Denayer sebenarnya sudah layak diperhitungkan sejak dirinya dipromosikan Manuel Pellegrini ke tim utama Manchester City pada 2014. Denayer adalah salah satu pemain kesayangan Patrick Vieira di Elite Development Squad Manchester City. Demi memenuhi kuota pemain binaan (homegrown), Pellegrini mempromosikan Denayer bersama Ronny Lopes dan Kelechi Iheanacho.
Sayangnya, hanya Iheanacho yang dipertahankan oleh Pellegrini. Lopes dipinjamkan ke Lille OSC. Sementara Denayer yang telah membela Manchester City sejak 2013 diminta bersekolah di Celtic.
“Pemain-pemain muda terkadang memang suka merasa tertekan dan depresi karena tidak mendapatkan kesempatan di tim utama. Tapi mereka harus sabar. Penting bagi klub untuk membentuk mereka. Apalagi ketika saingan di tim utama cukup ketat,” kata Pellegrini.
Kebanggan Patrick Vieira
Denayer menerima keputusan Pellegrini. Apalagi setelah Vieira dan Kompany mendukung kepindahannya ke Celtic. “Manchester City baru membeli Eliaquim Mangala dengan dana 30 juta Pauns. Dengan dana tersebut, tidak mungkin ia hanya akan jadi cadangan. Martin Demichellis juga baru lolos ke final Piala Dunia,” buka Denayer.
“Saya berbicara dengan Kompany dan dia mengatakan sangat sulit untuk menembus tim utama. Jadi saat Celtic datang, saya terima. Banyak orang membandingkan saya dengan Kompany. Saya memang belajar darinya. Dia adalah mentor bagi saya. Ia selalu berkata bahwa saya harus ekspresif dan lantang meski bermain di belakang. Menjadi sosok yang aktif berkomunikasi di atas lapangan adalah sesuatu yang sulit”.
“Vieira juga menyarankan hal yang sama. Ia memilih Celtic untuk saya. Menurutnya klub ini akan menjadi jalur yang tepat bagi saya untuk melangkah lebih jauh. Dia merupakan sosok yang selalu saya dengar. Ia memiliki segudang pegalaman sebagai pemain dan tahu segalanya tentang sepakbola,” kata Denayer menjelaskan keputusannya.
Tampil positif bersama the Bhoys, perkembangan Denayer di Skotlandia membuat Vieira bangga. “Saya sangat bangga melihat performa Denayer dan Lopes. Mereka dipinjamkan karena kami [Manchester City] sadar bahwa ada jarak yang cukup jauh antara U-21 dan tim senior. Tapi mereka ada di jalur yang tepat dan telah menutup jarak tersebut,” kata Vieira. Sayangnya, Denayer masih tidak dipandang oleh Pellegrini.
Celtic ingin mempertahankannya. Sekalipun hanya sebatas pemain pinjaman lagi, Ronny Deila yang menangani Celtic, merasa Denayer akan membuang talentanya jika ia bertahan di Manchester City. “Buat apa dia bertahan di sana. Tidak memiliki garansi bermain setiap minggunya. Saya sudah bicara ini ke dia. Bukan hanya pikiran saya saja, namun isi kepala Manchester City juga,” kata Deila.
‘Dipenjara’ Manchester City
Foto: Chronicle Live
Denayer akhirnya kembali dipinjamkan oleh Manchester City. Bukan ke Celtic, Tapi Sunderland dan Galatasaray. Performa Denayer selama di Turki juga membuat pelatih legendaris, Fatih Terim, terpukau. Akan tetapi, Terim tidak ingin meminjam Denayer lagi. Jika Galatasaray ingin tetap diperkuat Denayer, dirinya meminta Denayer datang sebagai pemain permanen.
Bek kelahiran 28 Juni 1995 itu pulang dari Turki sebagai incaran banyak klub. Galatasaray, Celtic, Olympique Lyon, semua menginginkan Denayer. Sudah mengincar tim utama sejak 2015, Denayer pun menolak tawaran pinjaman dari dua kesebelasan peminat. Dirinya ingin menjadi pilihan utama dan kemampuannya sudah terbukti di berbagai belahan dunia.
Tapi, Pep Guardiola yang menggantikan Pellegrini justru ingin Denayer pergi ke Girona. Kesebelasan asal Spanyol itu dikuasai oleh saudara Pep dan memiliki koneksi dengan Manchester City. Denayer yang kesal dengan keputusan itu akhirnya memberontak dan meminta dirinya dijual.
“Manchester City selalu hanya ingin meminjamkan saya ke klub lain. Sekalinya ada klub yang ingin mempermanenkan saya, mereka memasang harga yang tidak realistis. Saya akhirnya memutuskan untuk pergi. Lyon adalah pilihan yang tepat karena ini merupakan tim yang ambisius. Beda dengan Girona yang baru promosi ke La Liga. Itu bukan sesuatu yang saya cari,” aku Denayer.
***
Kekasalan Denayer ini sebenarnya sudah dipindam sejak ia dipinjamkan ke Sunderland pada 2016/2017. “Masa-masa itu seperti hari terakhir sekolah. Joe Hart dilepas ke Torino. Saya dipaksa ke Sunderland. Saya tidak suka dengan keputusan itu karena harus ada di papan bawah klasemen dan berjuang melawan degradasi. Tapi saya berusaha untuk tidak mengeluh,” lanjutnya.
Keputusan Denayer untuk tidak mengeluh akhirnya membuahkan hasil positif. Meskipun the Black Cats berakhir sebagai juru kunci Premier League, kemampuannya mendapatkan pengakuan dari David Moyes. “Denayer beberapa kali saya percayakan sebagai gelandang. Tapi dia jelas memiliki masa depan sebagai bek tengah. Hanya butuh waktu saja,” ungkap Moyes.
Pembuktian Kepada Guardiola dan Manchester City
Foto: le Point
Transformasi dari gelandang jadi bek membuat Denayer kian mirip dengan Kompany. Penampilannya di Sunderland jugalah yang membuat klub langganan Liga Champions seperti Galatasaray dan Lyon tertarik pada Denayer.
Sekalipun dirinya tidak menyukai keputusan Manchester City mengirimnya ke papan bawah, jalur panjang yang ditempuh Denayer terbayar lunas. Lyon menyelamatkan Denayer dari ‘penjara’ di Manchester dan memberikannya kontrak hingga 2022.
“Dia merupakan pemain yang bisa memberikan jaminan di lini belakang Lyon. Walaupun Denayer tergolong pemain baru, ia seperti sudah bertahun-tahun membela tim ini,” kata Bruno Genesio yang mendaratkan Denayer ke Prancis.
“Denayer memberikan dampak besar kepada tim ini. Kami selalu percaya kepada dirinya sejak pertama mendarat di sini. Ia merupakan sosok yang sudah terlahir untuk menjadi pemimpin,” puji Genesio.
Genesio sudah tidak lagi mengasuh Lyon di 2019/2020, namun opininya tentang Denayer disetujui juga oleh penerusnya, Sylvinho. Mantan bek Arsenal dan Barcelona itu menunjuk Denayer sebagai kapten Les Gones dengan alasan yang sama dengan Genesio.
“Denayer merupakan pemimpin sejati, dia punya sebuah karisma, dan bisa berkomunikasi dengan baik ke pemain-pemain muda. Dirinya akan semakin bekembang dengan tanggung jawab yang saya berikan ini,” jelas Sylvinho.
***
Denayer pernah menulis artikel tentang perjalanan kariernya dengan judul “I always expect the unexpected“. Ia menceritakan bagaimana awalnya ia adalah seorang penyerang. Tapi kemudian, pelatihnya saat masih anak-anak mengatakan bahwa dirinya akan menjadi bek hebat. Hal itupun benar-benar terjadi.
Sabtu, 17 Agustus 2019, Lyon kontra Angers. Hal tidak terduga kembali terjadi. Denayer, pemain yang tak dipandang dan disia-siakan Guardiola memecahkan rekor operan akurat bersama Lyon. Mendengar hal ini, Guardiola mungkin akan sangat menyesal membuang Denayer, bek yang sangat sesuai dengan gaya permainannya.