Tottenham Hotspur mengakhiri musim 2018/2019 dengan optimisme tinggi. Meski tanpa satupun pemain baru, the Lilywhites berhasil menembus final Liga Champions. Anak-anak asuh Mauricio Pochettino mungkin ditekuk 0-2 oleh Liverpool. Akan tetapi, raihan itu sudah menjadi sejarah tersendiri bagi mereka. Setelah 136 tahun berdiri, Tottenham lolos ke final Liga Champions!
Seakan menebus dosa, Daniel Levy mempersilahkan Mauricio Pochettino untuk mengincar pemain-pemain ternama di musim panas 2019. Mulai dari bek muda Prancis, William Saliba hingga penyerang tenar sekelas Paulo Dybala masuk dalam daftar incarannya. Nama-nama ini seakan melengkapi transformasi klub yang baru meresmikan stadion baru mereka.
“Sejak mengakuisisi Tottenham, selalu ambisi untuk menjadikan klub ini sebagai salah satu kekuatan di Eropa. Kemenangan dapat diraih di dalam atau luar lapangan. Jelas kami ingin meraih kemenangan,” kata Levy selaku presiden klub.
“Andai ingin setara dengan Juventus, Bayern Munchen, Real Madrid dan FC Barcelona, kami tak bisa hanya menampung 36.000 orang saja. Stadion baru ini merupakan salah satu cara kami berpikir seperti mereka,” tambah Pochettino.
FOTO: TalkSport
Stadion sudah mumpuni, tapi nyatanya Pochettino hanya dapat mendatangkan tiga nama baru ke Tottenham Hotspur Stadium. Giovani Lo Celso datang dengan status pinjaman dari Real Betis. Ryan Sessegnon diselamatkan dari EFL Championship. Sementara rekor belanja dipecahkan untuk Tanguy Ndombele.
Sementara dua nama lain yang ramai dikaitkan dengan the Lilywhites gagal diamankan. Saliba lebih memilih Arsenal dibandingkan Tottenham. Dybala batal dijual Juventus meski sempat berangkat ke Inggris untuk menjalani negosiasi dengan Tottenham dan Manchester United. Padahal, Saliba dan Dybala adalah sosok yang paling dibutuhkan oleh Pochettino.
Kehilangan Fernando Llorente dan membuang Vincent Janssen, Pochettino butuh seorang penyerang yang bisa mendampingi Harry Kane. Apalagi setelah mereka tercatat sebagai klub dengan raihan gol paling sedikit kedua di papan atas Premier League 2018/2019 (67). Hanya Chelsea yang mencetak gol lebih sedikit dari mereka di lima besar liga (63).
Vertonghen dan Alderweireld sudah mulai menua. Mereka merupakan duet terbaik di lini belakang Tottenham dalam beberapa tahun terakhir. Namun di 2019/2020, setelah tiga kali diturunkan bersama, the Lilywhites sudah kebobolan empat kali dan hanya sekali berhasil menjaga kebersihan gawang mereka.
Hutang Stadion Jadi Fokus Utama
FOTO: Standard
Hasilnya, setelah enam pekan Premier League 2019/2020, Tottenham baru mengoleksi dua kemenangan. Menduduki peringkat tujuh klasemen sementara liga dengan raihan delapan poin. Catatan di turnamen lain juga tidak mendukung. Mereka ditahan imbang Olympiacos di Liga Champions dengan skor 2-2. Bahkan tersingkir dari Piala Liga setelah kalah di adu penalti melawan penghuni divisi tiga, Colchester United.
Masa depan Pochettino pun mulai dipertanyakan. Jack Kitson dari the Sack Race merasa Pochettino akan jadi korban pertama di Premier League 2019/2020. Coral bahkan sudah menutup bursa taruhan mereka untuk masa depan Pochettino.
Nama-nama tenar seperti Jose Mourinho dan Massimiliano Allegri pun diunggulkan Paddy Power untuk menggantikan mantan nakhoda Espanyol tersebut. Sementara menurut Daily Mail, Jurgen Klinsmann yang pernah membela Tottenham (1994/1995, 1997/1998) ingin kembali ke London Utara untuk mengantikan Pochettino. Padahal nasib Tottenham saat ini bukanlah salah Pochettino.
Ia bukan hanya gagal membangun tim yang diinginkan, tapi juga dibatasi Levy dalam setiap pengeluarannya. Pembangunan stadion baru bukanlah sesuatu yang murah dan Tottenham harus melunasi hutang stadion mereka terlebih dahulu sebelum bisa berfoya-foya. Mirip dengan apa yang dialami Arsenal setelah pindah dari Highbury ke Emirates.
“Saya paham dengan perasaan fans. Saya juga pendukung Tottenham. Tapi kita harus melihat dari sisi lain. Mungkin kita bisa saja menghabur-haburkan uang. Namun tak ada jaminan bahwa pemain yang didatangkan akan membantu tim. Opsi terbaik adalah dengan membangun tim ini dari bawah. Tidak ada jalan pintas untuk jadi kesebelasan kelas dunia,” kata Levy.
Bukan Salah Pochettino
FOTO: Telegraph
Pochettino percaya bahwa dirinya masih jadi pilihan terbaik Tottenham untuk melangkah ke level selanjutnya. Tapi suporter memiliki pendapat berbeda. Adrian Durham dari TalkSport menyebut Pochettino sudah kehilangan sentuhan magisnya. Sementara Oliver Young-Myles dari Metro melihat pencapaian di 2018/2019 sudah menjadi klimaks dari Pochettino.
Kondisi ruang ganti Tottenham juga tidak ikut membantu. Pochettino mengakui bahwa ada perpecahan di ruang ganti mereka setelah tersingkir dari Piala Liga. Andai terus seperti ini, peluang Pochettino pergi dari London Utara semakin besar. Tapi, itu akan sama saja dengan memulai dari nol. Siapapun yang datang, Klinsmann, Mourinho, atau Allegri, mereka akan kembali membangun Tottenham dari nol. Mempertahankan Pochettino adalah yang terbaik.
Meski gagal merekrut pemain-pemain incarannya, Pochettino sudah membangun tulang punggung baru untuk the Lilywhites. Ia berhasil menghidupkan Harry Winks, Lucas Moura, dan Erik Lamela ketika Kane, Son Heung-Min, Christian Eriksen, dan Dele Alli redup. Pasti butuh waktu. Apalagi dengan keterbatasan yang dimilikinya. Namun hanya satu yang perlu diingat. Pochettino adalah sosok yang memberikan mukjizat kepada Tottenham.
“Hal yang perlu dipertanyakan adalah direksi klub. Bisakah Tottenham naik level dengan direksi seperti ini? Pasalnya Pochettino pasti selalu berpikir untuk memberi peningkatan kepada tim. Saat ia tidak memiliki banyak ruang gerak, ia selalu berpikir,” kata mantan pemain Tottenham, Jason Cundy.
“Musim lalu ia telah memperlihatkan mukjizat kepada kita. Berhasil menembus final Liga Champions tanpa satupun pemain baru. Jangan remehkan hal itu,” jelas Cundy. Begitu menjanjikannya Pochettino, Manchester United bahkan siap menampungnya jika ia sampai ditendang dari London Utara. Yakin Tottenham mau menendangnya begitu saja? Sabar.