Schalke harus berhadapan dengan Bayern Munchen, AC Milan, Manchester United, dan Arsenal di bursa transfer musim panas 2019. Mereka semua disebut mengincar pemain yang sama, Ozan Kabak dari Stuttgart.
Posisi Die Knappen mencolok sendiri dibandingkan kesebelasan lain di atas. Jangankan tiket Champions ataupun Europa League, andaikan Piala Intertoto masih ada, Alexander Nubel dan kawan-kawan juga tidak akan mewarnai kompetisi itu di 2019/2020.
Duduk di peringkat 14 klasemen akhir Bundesliga 2018/2019, Schalke tidak punya nilai jual untuk meyakinkan pemian incaran banyak klub seperti Kabak. Namun pada akhirnya Kabak tetap mendarat di Veltins-Arena.
David Wagner memenangkan jasa Kabak dari Niko Kovac, Unai Emery, dan Ole Gunnar Solksjaer. Tanpa tiket kompetisi antar klub Eropa. Tanpa pengakuan global. Die Knappen berhasil mengontrak Kabak hingga 2024 setelah menebus jasanya dengan dana 15 juta Euro.
Pihak Die Knappen sendiri mengaku lega pertarungan mereka dengan kesebelasan-kesebelasan ternama dunia sudah berakhir. “Kami senang mengetahui dirinya telah memilih kami dibanding klub lain. Kabak adalah salah satu talenta terpanas di Eropa. Dirinya bisa memilih tim lain. Namun secara sadar, Kabak memilih kami,” aku Direktur Olahraga Schalke Jochen Schneider.
Menggunakan nomor punggung empat di Veltins-Arena, Kabak sudah tahu apa yang menunggunya. “Sejak dulu saya memang mengidolai pemain-pemain dengan nomor punggung empat. Pemain seperti Sergio Ramos dan Virgil van Dijk merupakan panutan saya. Saya juga sadar bahwa ini adalah nomor legenda Schalke, Benedikt Howedes, jadi harus dijaga dengan baik,” kata Kabak.
“Schalke adalah klub besar di Jerman dan memiliki pengalaman bermain di Champions League. Saya paham di sini ada Matija Nastasic, Salif Sané dan Benjamin Stambouli, pemain-pemain berpengalaman. Akan tetapi saya siap berjuang untuk posisi utama dan memenuhi ekspektasi yang ada,” lanjutnya.
Investasi Mahal
Foto: One Football
Kabak mengakui bahwa pilihannya tidak lepas dari kehadiran Wagner di kursi kepelatihan Die Knappen. Mantan manajer Huddersfield itu juga gembira dapat bekerjasama dengan sosok yang ia anggap salah satu talenta terbaik di Eropa.
“Kabak merupakan salah satu bek terbaik di Eropa jika melihat pemain-pemain lain yang seumur dengan dia. Dana 15 juta Euro memang besar untuk Schalke. Tapi saya yakin dia bisa membuktikan dirinya dan tidak membuat investasi itu sia-sia,” ungkap sahabat Jurgen Klopp tersebut.
Kabak gagal membantu Stuttgart lolos dari degradasi. Namun pemain kelahiran 25 Maret 2000 itu tetap mencuri perhatian di divisi tertinggi sepakbola Jerman. Dinobatkan sebagai pendatang baru terbaik Bundesliga 2018/2019 dengan mengalahkan Reiss Nelson, Evan N’Dicka, dan Achraf Hakimi.
Kemampuannya membaca pertandingan, mengantisipasi permainan, dan juga membantu serangan membuat banyak kesebelasan mengincar jasa Kabak. Mulai dari West Ham United hingga AC Milan. Stuttgart pun sadar mereka tidak bisa menahan Kabak.
“Meskipun masih muda, dia dewasa dan bijaksana. Datang ke Jerman, dia ingin belajar bahasa dan budaya yang baru baginya. Kemudian langsung fasih dalam banyak hal. Kabak jelas panutan bagi pemain-pemain muda lain,” ungkap Direktur Olahraga Stuttgart Thomas Hitzlsperger.
“Dia jelas memiliki talenta. Tapi hal paling mengesankan adalah bagaiman ia bisa tetap tenang di bawah tekanan degradasi. Dirinya pasti akan bermain di ‘klub besar’,” kata Gonzalo Castro yang sudah mewarnai Bundesliga sejak 2005.
Anti-Mainstream Tapi Bijak
Foto: Metro
Kabak awalnya disebut akan bergabung ke Bayern. Bahkan ada isu bahwa keberhasilan Stuttgart mendaratkan Kabak dari Galatasaray ada hubungannya dengan kubu Die Roten. Mengingat mantan direktur teknis Bayern, Michael Reschke, saat itu menjabat sebagai CEO Stuttgart. Tapi hal itu dibantah oleh Reschke.
“Kami tidak mungkin melakukan transfer dengan melibatkan kesebelasan lain. Tidak ada yang namanya kesepakatan awal. Jika melihat Benjamin Parvard [bek Stuttgart yang dijual ke Bayern setelah tampil mengesankan di Piala Dunia 2018], performa dia yang membuat klub lain datang. Kami selalu membentuk tim dengan pikiran mereka akan bertahan lama di Stuttgart,” kata Reschke.
Reschke mungkin tetap memiliki pengaruh dalam transfer Kabak. Tapi bukan untuk Bayern. Pasalnya setelah pergi dari Stuttgart, Reschke bergabung dengan Schalke. Kabak sempat melakukan pertemuan dengan AC Milan. Rossoneri bahkan siap memberi dana yang sama besar dengan Schalke. Namun, Kabak justru memilih Die Knappen.
Jika dilihat secara kasat mata, langkah Kabak memang aneh. Namun untuk pemain yang belum genap 20 tahun, ini merupakan hal yang masuk akal. Dibandingkan harus bersaing dengan Alessio Romagnoli dan Mateo Musacchio di negara baru, lebih baik ia melanjutkan momentum di Bundesliga.
Schalke dikenal memiliki kepedulian tinggi kepada pemain-pemain muda. Terbukti sukses memoles banyak talenta di lini belakang Joel Matip, Christoph Metzelder, Sead Kolasinac, dan Carlos Zambrano. Belum lagi sejarah Mesut Ozil, Ilkay Gundogan, Karem Demirbay, dan Kaan Ayhan, pemain-pemain berdarah Turki yang bersinar di Veltins-Arena. Schalke adalah pilihan bijak buat Kabak.
Hal-hal seperti ini nampaknya selalu dijadikan pertimbangan oleh Kabak. Sebelum dirinya bergabung dengan Stuttgart, ia juga sebenarnya diincar Inter Milan dan Manchester City. Tapi justru Stuttgart yang dipilih.
Anti-mainstream memang, tapi bayangkan jika Kabak memilih Inter atau Manchester City. Mungkin dirinya tidak akan terdengar sepanjang 2018/2019. Tidak bisa bersinar seperti di Stuttgart. Tertutup oleh bayang-bayang Aymeric Laporte, John Stones, dan Milan Skriniar.