Persib Harus Waspada karena Puncak Dipenuhi Kabut dan Badai

Foto: Dreamypixel.com

Dulu, ketika saya mendaki Gunung Sumbing bersama dengan rekan saya, ada sesuatu yang terjadi. Saat sampai ke puncak gunung, alih-alih cerah, saya dan rekan saya diserang kabut dan badai.

Pengalaman ini terjadi pada pertengahan 2015 silam. Ketika itu, saya dan rekan memutuskan untuk mendaki Gunung Sumbing. Awalnya, cuaca cerah menemani kami. Pos demi pos kami lewati tanpa halangan berarti. Kami buka tenda di pos 3 dan berencana meneruskan perjalanan ke puncak keesokan harinya. Dengan asumsi cuaca cerah sepanjang perjalanan, kami mengira bahwa perjalanan ke puncak juga akan kembali ditemani cuaca cerah.

Esoknya, yang terjadi justru di luar dugaan kami. Perjalanan kami ke puncak dihiasi oleh kabut dan badai. Sampai ke pos 4, pos yang dekat dengan puncak, kabut dan badai masih menemani perjalanan kami. Begitu juga dengan di puncak. Tak lama kami diam di puncak, karena kabut dan badai semakin gila menyerang. Habis dua batang rokok, kami memutuskan turun. Anehnya, sesampainya di pos 3, cuaca cerah kembali, dan itu berlangsung sampai kami turun ke “basecamp” pendakian.

Diterpa badai dan kabut selama di puncak merupakan pengalaman berkesan bagi kami. Setelah kejadian tersebut, saya dan rekan saya pun menjadi lebih awas ketika akan melakukan perjalanan ke puncak. Jangan sampai situasi kedinginan dan minim logistik terulang kembali kala kami akan mencapai puncak gunung yang lain.

Hal ini pula yang harus diperhatikan oleh Persib Bandung. Berstatus sebagai juara paruh musim Liga 1 2018, bukan berarti Persib harus jemawa. Rintangan dan halangan akan mulai menemani jalan mereka, dan jika mereka tidak kuat, bisa jadi mereka akan seperti saya dan rekan: turun dari puncak Gunung Sumbing lebih cepat.

Persib Juara Paruh Musim Liga 1 2018

Foto: Twitter.com/persib

Persib melakukan sebuah hal yang sensasional pada ajang Go-Jek Liga 1 2018. Setelah terseok-seok di dua laga awal, plus dengan keadaan skuat yang tidak segemerlap Liga 1 2017, mereka mencatatkan raihan apik. Pelan-pelan, Persib merangkak naik sehingga akhirnya menjadi juara paruh musim Liga 1 2018 usai mengalahkan Persebaya Surabaya di Gelora Bung Tomo, Kamis (26/7/2018) malam WIB.

Torehan apik Persib tidak hanya terhenti sampai lawan Persebaya saja. Dalam dua pertandingan awal putaran kedua Liga 1 2018, Persib berhasil merengkuh kemenangan atas PS Tira dan Sriwijaya FC. Meski sempat kalah lawan Mitra Kukar, setidaknya hingga kini, posisi Persib di peringkat pertama Liga 1 2018 dengan raihan 35 poin tidak tergeser sama sekali.

Sontak raihan ini membuat seluruh elemen yang terkait dengan Persib, terutama “bobotoh”, bersuka cita. Setelah diragukan di awal musim karena rekrutan yang kebanyakan pemain kelas dua, Persib justru tampil menyengat. Roberto Carlos Mario Gomez mendapat sanjungan. Pemain-pemain yang awalnya diragukan, seperti Ghozali Siregar, Oh In-kyun, maupun Ardi Idrus, mulai banjir pujian.

Tapi, sudah seyogyanya Persib, selaku juara paruh musim, tidak boleh jemawa dengan raihan ini. Masih ada sisa putaran kedua yang harus dijalani. Selain itu, beberapa catatan dan juga sejarah mengiringi juaranya Persib di paruh musim Liga 1 2018 ini.

Baca juga: Patrich Wanggai, Kepingan yang Hilang Mario Gomez di Persib Bandung

Yang pertama berkaitan dengan sejarah juara paruh musim sejak Liga Super Indonesia 2012 silam. Dari 2012 sampai 2017 kemarin, tercatat bahwa hanya sekali juara paruh musim dapat menjadi juara di akhir musim. Itu terjadi pada 2013 silam, saat Persipura menjadi juara di paruh musim ISL 2013 sekaligus menjadi juara di akhir musim 2013.

Pada musim-musim setelahnya, dari 2014 sampai 2017, tak ada satu pun juara paruh musim yang menjadi juara akhir musim. Ketika Persib juara pada 2014, juara paruh musimnya adalah Arema dan Mitra Kukar (liga saat itu memakai format wilayah dan babak delapan besar). Dalam ajang ISC 2016, Madura United gagal menjadi juara di akhir musim meski sukses juara paruh musim (juaranya adalah Persipura).

Di musim 2012, Persipura yang jadi juara paruh musim gagal menjuarai ISL 2012 (juaranya Sriwijaya FC). Pada ajang Liga 1 2017, Madura United gagal menjadi juara di akhir musim meski sukses menjadi juara paruh musim (juaranya adalah Bhayangkara FC). Catatan sejarah ini menjadi sesuatu yang seharusnya diwaspadai oleh Persib.

Baca juga: Persib dan Evolusi yang Sedang Terjadi di Dalamnya

Selain soal catatan sejarah yang tidak memihak pada juara paruh musim liga, catatan pertahanan Persib dalam empat laga terakhir juga patut mendapat sorotan, terutama ketika menghadapi Barito Putera, Persebaya, dan PS Tira. Dari lima laga terakhir, hanya sekali Persib mencatatkan nirbobol, yaitu ketika melawan Sriwijaya FC.

Sisanya, Persib kebobolan 2 gol menghadapi Barito, 3 gol menghadapi Persebaya, 2 gol menghadapi PS Tira, serta 1 gol lawan Kukar Total, 8 gol bersarang ke gawang Persib. Skema kebobolan Persib juga hampir tidak beda jauh, yakni gagap menerima serangan cepat kala mereka sedang menguasai laga. Bahkan, gol yang dicetak lawan Barito dan PS Tira sempat terjadi kala Persib sudah unggul.

Hal ini menjadi sesuatu yang harus menjadi bahan pemikiran semua elemen Persib, tak terkecuali manajemen, staf pelatih, dan para pemain Persib. Apalagi, ada isu yang berhembus bahwa Gomez ingin meninggalkan Persib karena manajemen tidak kunjung mengucurkan bonus. Belum lagi rongrongan sanksi Komisi Disiplin PSSI terhadap para pemain Persib sehingga membuat ‘Maung Bandung’ acap sulit tampil dengan tim inti di setiap laganya.

Persib yang sedang berada di puncak sudah mulai terganggu oleh badai dan kabut rupanya.

Baca juga: Patrich Wanggai, Belajarlah dari Ardi Idrus!

Waspada di Puncak 

Foto: Twitter.com/persib

Soal pengalaman terkena kabut dan badai di puncak gunung, hal tersebut sebenarnya adalah hal yang lumrah. Cuaca di puncak gunung yang kadang tak menentu, menjadi penyebab seorang pendaki harus siap dengan segala kondisi ketika mereka berada di gunung. Kurang persiapan, bisa mengakibatkan hal-hal buruk terjadi kepada pendaki.

Hal yang sama juga harus dipikirkan Persib. Kondisi di puncak yang penuh badai dan kabut seharusnya sudah disadari oleh semua elemen Persib. Tidak hanya waspada pada faktor eksternal, kewaspadaan dari faktor internal juga harus menjadi perhatian dari semua pihak. Jangan sampai karena sentilan satu hal, Persib gagal menjadi juara di akhir musim.

Jangan sampai kejadian Liga Indonesia XIII 2007 terulang, kala kondisi internal membuat Persib gagal juara di akhir musim meski Persib sukses menjadi juara paruh musim. Menjaga fokus dan keseimbangan adalah sebuah keniscayaan, jika memang Persib ingin kembali juara di akhir musim nanti.