Habis James Maddison, Terbitlah Todd Cantwell

Foto: Cannaries.co.uk

Norwich City seperti tak pernah kehabisan talenta. Mulai dari zaman Fashanu bersaudara ke Chris Sutton dan Danny Mills. Dilanjutkan oleh Craig Bellamy dan Rob Green, hingga akhirnya muncul nama Angus Gunn serta James Maddison. Nama terakhir sebenarnya bukan pemain asli Norwich City seperti yang lainnya, tapi Norwich merupakan tempat di mana Maddison bersinar hingga menjadi rebutan peserta Premier League.

Maddison berkontribusi dalam 26 gol dari 49 penampilannya bersama the Cannaries di musim 2017/2018. Lebih dari empat kali lipat dari raihannya terakhir bersama tim masa kecilnya, Coventry City, pada 2015/2016.

Performa Maddison seakan membuka mata dunia bahwa pemain-pemain bertalenta Inggris tak hanya berasal dari Manchester United atau Southampton. Norwich yang baru menjalani sembilan musim di divisi tertinggi Inggris juga bisa. Jasa Maddison kemudian ditebus oleh Leicester City dengan dana 22,5 juta Pauns di musim panas 2018.

Itu adalah dana terbesar yang pernah diterima Norwich dari penjualan pemain. Melebihi penjualan mantan pemain akademi Manchester United, Robbie Brady (13,5 juta Pauns), ataupun legenda tim nasional Wales, Craig Bellamy (8,3 juta Pauns).

Bukan hanya jadi penjualan termahal klub, Maddison juga jadi pemain Inggris termahal pada bursa transfer musim panas 2018. Hanya Dominic Solanke yang dapat mendekati angka Maddison. Solanke ditebus Bournemouth dari Liverpool seharga 19 juta Pauns di jendela transfer yang sama.

Meminjam kata-kata Teguh Rama, Norwich kemudian menukar uang penjualan Maddison dengan gelar juara Championship 2018/2019. Daniel Farke yang menangani the Cannaries tak banyak mengeluarkan uang. Dirinya memboyong beberapa pemain yang ia kenal sejak melatih di Jerman dan menggabungkannya dengan pemain-pemain muda binaan akademi seperti Max Aarons, Jamal Lewis, dan Todd Cantwell.

Premier League Panggung Cantwell

Aarons dan Lewis menjadi andalan di lini belakang Norwich. Sementara Cantwell hanya jadi pemain rotasi sepanjang musim 2018/2019. Namun, setelah hanya terlibat dalam tiga gol dari 24 pertandingan di Championship, Cantwell memulai Premier League dengan apik.

Cantwell dipercaya untuk bermain 90 menit penuh melawan Newcastle United di pekan kedua Premier League 2019/2020. Cedera yang dialami Onel Hernandez memberikannya peluang untuk mencuri perhatian. Dirinya berhasil berperan sebagai motor serangan the Cannaries. Mengarsiteki dua dari tiga gol Teemu Pukki. Bahkan menurut beberapa orang seperti Darren Eadie, Cantwell adalah pemain terbaik di laga tersebut.

Potensi Cantwell sebenarnya sudah terlihat sejak pertandingan pertama kontra Liverpool. Namun karena Norwich menelan kekalahan besar (1-4), hal itu tidak menonjol seperti saat melawan Newcastle United. Selepas pertandingan melawan the Magpies, rekan-rekan satu tim Cantwell seperti Ben Godfrey dan Pukki pun ikut memuji penampilan pemain kelahiran 27 Februari 1998 tersebut.

“Musim lalu, saya sering mencetak dua gol tapi selalu gagal mencetak hat-trick. Hari ini saya mencuri bola pertandingan dari Todd [Cantwell]. Dia sudah bermain sangat bagus sejak pra-musim. Kemudian dilanjutkan saat bertemu Liverpool. Saya sangat senang bisa bermain dengan dirinya,” puji Pukki.

Sudah Diakui Sejak Masih Sekolah

Cantwell selalu bermimpi menjadi pesepakbola. Talentanya telah tercium sejak ia masih duduk di bangku sekolah. “Tood selalu berusaha keras untuk membantu tim. Kontribusi yang diberikannya jauh di luar akal sehat. Sejak dulu, dia merupakan sosok yang dapat mengubah keadaan,” puji Guru Olahraga Sekolah Northgate Richard Phillis.

“Todd tidak pernah berpikir untuk menjalani karier lain. Ada masa-masanya mimpi menjadi pesepakbola terasa jauh darinya. Akan tetapi dirinya tetap fokus dan mengejar impiannya. Sebagai keluarga, tentu kami senang melihat pencapaian Todd. Dia dipanggil tim nasional, membantu Fortuna Sittard promosi dari divisi dua Belanda, dan sekarang melakukannya di Norwich,” kata Kevin Owens, paman Cantwell.

Fortuna Sittard sebenarnya ingin mempertahankan jasa Cantwell. Memberikannya kontrak permanen. Tapi ia lebih memilih untuk tetap bertahan di Inggris. Keputusan yang terbukti tepat jika melihat penampilannya saat melawan Newcastle United.

Penerus James Maddison

Apalagi, Norwich membutuhkan sosok yang dapat diandalkan seperti James Maddison di 2017/2018. Sejak Maddison pergi ke King Power Stadium, nama Cantwell sudah menjadi perbincangan di sekitar pendukung the Cannaries. Apakah Cantwell bisa menjadi nomor 10 yang baru untuk Norwich? Bisakah ia bersaing dengan Steven Naismith, Onel Hernandez, dan Emil Buendia?

Dikenal sebagai gelandang yang handal membuka ruang, mempertahankan bola, dan mendistribusikan bola, Cantwell memiliki segalanya untuk menjadi penerus Maddison. Dirinya sendiri bahkan mengakui bahwa ia adalah pemain yang mirip dengan Maddison.

“Saya adalah pemain yang senang menguasai bola dan terlibat dalam permainan. Bisa melewati lawan, senang menggiring bola, sangat teknikal,” kata Cantwell. Meski tidak menyebut nama Maddison, karakteristik yang disebut Cantwell mirip dengan Maddison. Tinggal eksekusi bola mati saja yang kurang.

Cantwell yang lebih sering digunakan Farke sebagai gelandang kiri bahkan sudah meminta manajer asal Jerman tersebut untuk mengubah posisinya jadi playmaker. Berperan sebagai nomor 10 di Norwich City dan menjadi motor utama seragan mereka.

Farke pun menantang Cantwell setelah pertandingan melawan the Magpies. “Saya tidak akan memberikannya tempat hanya karena dia pemain lokal atau binaan akademi. Saya tidak suka melempar pujian kepada pemain muda. Tapi Cantwell selalu fokus setiap hari. Dia bisa dan harus menjadi lebih baik lagi,” kata Farke.

Semua sudah tersusun rapi untuk Cantwell. Sekarang tinggal masa pembuktian. Norwich sudah mulai percaya bahwa mereka menemukan penerus James Maddison di Carrow Road. Apabila melihat perkembangan dan performa di atas lapangan, Todd tak seperti namanya, Cantwell. Because He can do well!