Pajak yang Jadi Ancaman Baru bagi Liga Spanyol

Foto: Allbluedaze.com

Sudah menjadi rahasia umum jika kompetisi Liga Spanyol masih tertinggal dari Liga Inggris dalam penetrasi ke masyarakat, khususnya Asia. Walau klub-klub Liga Spanyol merajai kompetisi Eropa dalam beberapa musim terakhir, tapi anggapan Liga Inggris sebagai kompetisi terbaik di muka bumi sudah kandung diingat masyarakat. Suka atau tidak suka.

LFP selaku operator kompetisi liga domestik di Spanyol sedang mengupayakan agar Liga Spanyol bisa diterima dan disaksikan lebih banyak orang. Salah satu caranya ialah dengan melakukan tur dunia ke berbagai negara bagi klub-klub tertentu, dengan bantuan LFP. Indonesia sendiri pernah berkesempatan merasakan tur tersebut kala Sevilla bermain melawan Pelita Bandung Raya di Stadion Jalak Harupat, 2014 silam.

Terakhir LFP menjalin kerja sama dengan Facebook untuk menyiarkan pertandingan-pertandingan Liga Spanyol secara langsung via sosial media tersebut, tapi khusus untuk delapan negara di Asia Selatan, yaitu India, Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, Maladewa, Sri Lanka dan Pakistan. Kesepakatan ini akan berlangsung selama tiga musim, dimulai pada musim ini dengan total 380 pertandingan bisa disaksikan secara gratis.

Kesepakatan antara LFP dengan Facebook ini merupakan yang pertama terjadi di dunia sepakbola, dan dikuti oleh terobosan berikutnya: melangsungkan pertandingan Liga Spanyol di Amerika Serikat atau Kanada selama 15 musim mendatang, dengan minimal satu laga tiap musimnya.

Baca juga: Arti Cristiano Ronaldo untuk Liga Spanyol

Usaha-usaha ini memperlihatkan bahwa LFP memang berusaha keras untuk menyamai atau bahkan menggeser ketenaran Liga Inggris. Meski Liga Spanyol kerap didominasi oleh Real Madrid dan FC Barcelona, tapi anggapan tersebut kian meredup, khususnya dengan melihat apa yang terjadi pada musim ini. Selain itu, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, klub-klub Liga Spanyol selalu mampu masuk ke babak semi-final atau bahkan keluar sebagai juara di kompetisi Eropa.

Soal urusan taktik di atas lapangan, Liga Spanyol memberikan nafas baru bagi dunia sepak bola kala Josep Guardiola mengarsiteki Blaugrana. Kini, Pablo Machin menjadi idola baru di negeri Matador. Soal kualitas pemain jangan diragukan, terbukti dengan penguasaan penghargaan Ballon d’Or oleh dua pemain Liga Spanyol, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dalam satu dekade terakhir. Tentu saja kini CR7 telah hengkang ke Serie A tapi dulu ia tercatat sebagai pemain Real Madrid.

Baca juga: Cristiano Ronaldo, Tuduhan Pemerkosaan, dan Dampak yang Dihasilkannya

Terancam Kehilangan Pesona

Akan tetapi gembar-gembor kekompetitifan dan daya tarik tersebut terancam bubar andai Pemerintah Spanyol mengesahkan aturan pajak yang baru. Dalam rancangan tersebut, presentase pajak bakal meningkat sebesar dua persen untuk ekspatriat penerima gaji Rp2,2 miliar per tahunnya dan empat persen untuk ekspatriat penerima gaji Rp5.2 miliar per tahunnya.

Foto: ESPNFC.com

Tidak heran jika Javier Tebas selaku presiden LFP khawatir reformasi pajak di negaranya bisa membuat mandeg kompetisi karena hengkangnya pemain-pemain asing berlabel bintang. Demi mengantisipasi terjadinya gelombang eksodus pada musim panas tahun depan, Tebas mengirimkan surat kepada 20 klub, meminta dukungan memprotes wacana tersebut.

“Semua wacana ini memberikan dampak negatif terhadap klub dan mempengaruhi 750 pemain dan pelatih,” bunyi surat yang ditandatangani Tebas, seperti dikutip dari ESPN.

“Peningkatan pajak tersebut akan memberikan dampak sebesar Rp1,3 triliun terhadap klub, yang bisa membuat hengkangnya 20 pemain elit dari liga kita.”

Pajak di Spanyol memang sedikit sederhana dengan tingkatan-tingkatan yang berbeda, tergantung penghasilan yang didapat, dari yang terkecil 19 persen hingga 45 persen bagi pendapatan lebih dari 60.000 euro atau setara Rp1 miliar per tahunnya. Tiap daerah otonomi memiliki presentas berbeda satu sama lain, dimana Katalunya menerapkan pajak tertinggi dibanding daerah-daerah lainnya, dengan angka maksimal 49 persen!

Baca juga: La Liga di Amerika Serikat, Blunder atau Inovasi Besar?

Andai aturan perpajakan anyar ini disahkan maka Lionel Messi diwajibkan membayar pajak sebesar 54 persen! Sebuah angka yang teramat besar. Berbeda dengan Gareth Bale dan Karim Benzema yang hanya dikenai kewajiban sebesar 49 persen. Penulis ulangi sekali lagi, bahwa perbedaan kewajiban pajak bagi pemain Real Madrid dan FC Barcelona ini bukan karena tebang pilih pemerintah sebab mendukung salah satu klub, tapi memang karena perbedaan kebijakan daerah otonomi.

Sebetulnya kenaikan pajak ini tidak akan mempengaruhi para pesepakbola sebab biasanya pemain dan agen menegosiasikan gaji bersih dari pajak. Artinya, jika besaran gaji sudah disepakati maka pihak klub bakal menambahi angka tersebut dengan besaran pajak yang harus dibayarkan. Oleh karenanya Javier Tebas mengirimkan surat kepada klub-klub Liga Spanyol karena bakal mempengaruhi neraca keuangan tiap-tiap klub, bukan kepada para pemain secara langsung.

Baca juga: Keajaiban FC Girona di Pentas La Liga

Pajak Bukan Urusan Baru bagi Tebas

Jika berbicara soal pajak, sebetulnya bukan barang baru lagi di tanah Spanyol, dimana beberapa pesepakbola sempat terjerat kasus yang menyeret mereka ke meja hijau. Baik Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo sama-sama pernah didakwa tuduhan penggelapan pajak. Walau mengaku seorang suporter Real Madrid, Tebas pernah memberikan dukungan terhadap Messi dan meyakini bintang Barcelona itu tidak sengaja menggelapkan pajak di 2016 silam.

Rasa-rasanya sudah pemberitaan yang lazim jika seorang pesepakbola terjerat kasus pajak di Spanyol saking seringnya. Sampai-sampai Tebas mengaku tidak senang dengan dakwaan-dakwaan tersebut karena bisa membuat pemain kecewa dan memilih hengkang.

“Saya tidak suka dengan masalah-masalah yang dimiliki para pemain ini. Pertama-tama, ada beberapa masalah dalam menterjemahkan besaran pajak di dua kasus [Messi dan CR7] itu,” ucap Tebas.

“Ini bukan uang yang mereka terima dari klub, tapi dari pihak sponsor [yang dipermasalahkan Dinas Pajak]. Apa yang La Liga bisa lakukan pada situasi tersebut?”

“Saya tahu betul kedua kasus tersebut. Menurut saya dalam kasus Cristiano, ia benar. Mereka menghubungkan pendapatan-pendapatan dia yang tidak dibuat di Spanyol di saat hukum memperbolehkan dia untuk tidak melaporkan pendapatan tersebut.”

“Sedangkan untuk kasus Messi, tidak ada yang percaya Messi tidak tahu apa yang ia tanda tangani. Para pemain sangat tergantung pada agen. Itu kenyataan dari para pesepakbola. Situasi ini tidak menyehatkan bagi dunia sepak bola dan menyakiti kita.”

“Saya sudah berbicara pada Messi. Saya tidak menganggapnya sebagai pelaku kriminal dan senang dirinya bisa bermain di Liga Spanyol,” tambahnya.

Kini Cristiano telah hengkang ke Juventus dan Javier Tebas pernah menyakini bahwa kepergian pesepak bola asal Portugal itu dikarenakan pajak Spanyol yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan Italia yang hanya mematok 43 persen saja.

“Kepergian Cristiano ke Italia menguntungkan dia sebab ia akan mendapatkan uang lebih banyak di sana,” kata Tebas pada Marca, Juli silam.

Baca juga: Apakah Transfer Paulinho dari Barcelona Merupakan Pencucian Uang?

Cristiano Ronaldo Telah Hengkang ke Italia | FOTO: Twitter Juventus

“Dari sudut pandang internasional, kami di Spanyol mempunyai masalah yang membuat kami tidak bisa bersaing dari sudut pandang fiskal.”

“Ketika menerima tawaran gaji yang sama seperti di Real Madrid, Ronaldo mendapatkan uang lebih banyak di Italia. Itu pasti menjadi pertimbangan baginya untuk membuat keputusan.”

“Di liga-liga besar, perlakuan fiskal pajak terburuk yang didapat pemain terjadi di Spanyol. Ketika Anda mendapatkan gaji yang besar maka sedikit perbedaan saja maka menghasilkan uang yang banyak bagi seorang pemain.”

Oleh karenanya wajar jika Javier Tebas memikirkan cara agar rencana pengesahan aturan pajak baru tidak menjadi pukulan telak bagi klub-klub Spanyol, yang mampu menurunkan daya tarik dan kekompetitifan Liga Spanyol.

Baca juga: Sedot Banyak Uang, Premier League Akan Larang Upah Agen?